001: Orang-Orang Terbaik

Manusia Jakarta beroperasi pada level improvisasi yang besar. Semua hal yang sudah direncanakan sejak jauh hari, bisa saja berubah di menit-menit terakhir karena kondisi eksternal yang terjadi di depan mata. Misalnya saja, perasaan malas untuk beranjak dari rumah. Sudah kadung nyaman, makanya enggan pergi melangkahkan kaki keluar. Perasaan malas itu, toh tidak selamanya jelek. MengubahContinue reading “001: Orang-Orang Terbaik”

Calo

Salah satu yang tidak pernah bisa dipandang sebelah mata dalam bisnis hiburan adalah calo. Kadang menyebalkan, kadang super berguna. Yang lebih seru dan tidak boleh dilupakan, yang kita punya di Indonesia, sesungguhnya diimpor dari kebiasaan yang ada di barat. Inggris pun dunia percaloannya tidak kalah menarik. Bahkan untuk sekedar diperbincangkan. Di Liverpool Sound City 2017,Continue reading “Calo”

Memberi Nyawa pada Ruang

Setiap jengkal sisi DIY Space for London (DSFL) memberikan inspirasi luar biasa pada pemanfaatan ruang. Ia tidak bombastis, tidak canggih. Masih dikendalikan dengan nilai-nilai luhur kehidupan bernama hati nurani. Memberi nyawa pada ruang tidak pernah mudah. Apalagi menjalankannya dengan kolektivitas tanpa perlu mengedepankan kepentingan personal. Ada banyak ruang alternatif mampir ke dalam kisah saya. AdaContinue reading “Memberi Nyawa pada Ruang”

Ada Musik di Gereja

Pintu gereja dibuka. Bukan sebagai tempat keagamaan, tapi sebagai ruang yang menyerahkan tubuhnya untuk menyaksikan musik diperdengarkan kepada orang banyak. Setiap babak ditutup dengan tepuk tangan. Siang itu, saya pertama kali masuk ke Union Chapel, sebuah gereja tua yang juga populer sebagai venue pertunjukan di London. Beberapa band terkenal dan populer pernah main di sini.Continue reading “Ada Musik di Gereja”

Dari Inggris

Sudah terbukti dan teruji: Yang namanya keinginan itu bisa jadi kenyataan. Bahkan ketika ia pelan-pelan sudah dilupakan dan diletakkan di dalam kepingan memori yang jauh dari permukaan. Saya ingat peristiwa itu: Di kantor FFWD Records, Bandung. Kejadiannya sekitar pertengahan 2000-an. Kalau tidak salah 2006. British Council pada waktu itu menyelenggarakan International Young Creative Entrepreneur, sebuahContinue reading “Dari Inggris”

Pinggir Jalan Sebuah Kota Putih

Saya sedang duduk di sebuah kedai kopi di sudut Queen Street, jalan utama di Central Business District (CBD) Auckland, salah satu kota penting Selandia Baru. Ini kunjungan kedua dalam setahun belakangan. Ada bentangan waktu yang tidak main-main, Auckland maju enam jam dari waktu Jakarta. Analoginya persis seperti pergi ke Eropa, tapi kebalik. Jika biasanya mundur,Continue reading “Pinggir Jalan Sebuah Kota Putih”

Orang Asing dan Ingat Madrid

Dua tahun yang lalu, di Madrid, saya diundang untuk makan besar bersama sejumlah orang yang statusnya asing. Ruang dan waktunya intens; orang-orang berkumpul membawa makanan masing-masing, tuan rumah mendominasi menu dan mengatur siapa harus makan apa dan bagaimana gilirannya. Silva Gracia Simanjuntak, seorang perempuan Batak dan teman baik, berjasa banyak membawa pengalaman ala bule iniContinue reading “Orang Asing dan Ingat Madrid”

Dialog

*) Buat Jakarta Dialog adalah menulis ide di dalam kepala menjadi serangkaian bentangan visual yang bisa dipahami di level pengartian. Tidak perlu dengan mudah, tapi setidaknya tersampaikan. Boleh saja ditambah bumbu dentuman suara yang tidak berhenti bernyanyi di telinga. Tanpa terdengar orang banyak, tanpa mengganggu sudut-sudut lain yang harus bersisian. Ideologi bisa berbeda. Pengertian jugaContinue reading “Dialog”

Menyelenggarakan Cikini Folk Festival 2016

Akhirnya akan kejadian. Mimpi untuk membuat festival sendiri, ada di depan mata. Namanya Cikini Folk Festival. Tahun lalu, tanpa sadar, saya mencanangkan sesuatu niat yang perlu untuk diwujudkan di tahun 2016 ini. Secara khusus, saya ingin berkontribusi pada scene musik tempat saya berkarya dengan cara membuat sebanyak mungkin pertunjukan. Kelasnya diset: Gedung pertunjukan. Bukan apa,Continue reading “Menyelenggarakan Cikini Folk Festival 2016”