*) Buat Jakarta
Dialog adalah menulis ide di dalam kepala menjadi serangkaian bentangan visual yang bisa dipahami di level pengartian. Tidak perlu dengan mudah, tapi setidaknya tersampaikan. Boleh saja ditambah bumbu dentuman suara yang tidak berhenti bernyanyi di telinga. Tanpa terdengar orang banyak, tanpa mengganggu sudut-sudut lain yang harus bersisian.
Ideologi bisa berbeda. Pengertian juga tidak perlu diseragamkan. Supaya ada variasi antara memberi dan menerima.
Dan Jakarta sedang pelan. Seperti biasa di periode waktu yang seperti ini. Tengah kota kosong, nyaris melompong. Sisi pinggir, tidak perlu dipedulikan. Toh, masing-masing punya porsinya. Tunggu giliran saja untuk padat.
Sekarang kita bicara tentang sisi tengah. Apa yang bisa disemai dari serangkaian diam yang ternyata semarak; ada kehidupan lain di layar-layar digital. Suatu yang privat tapi menyangkut banyak isi kepala orang. Mereka beririsan. Terkadang menuai perdebatan. Terkadang menjaring kesepahaman. Tapi, diam.
Ada pula kesunyian. Yang bisa berhenti kapanpun tanpa perlu tanda-tanda. The Specials menyeruak di satu potong bagian. Semuanya harus diakhiri untuk saat ini.
Tunggu sebentar indikator biru penuh, saatnya mencari saus dan kemudian pulang. (pelukislangit)
Jalan Sabang, 8 Januari 2017
18.13