Di akhir Juli 2016 kemarin, saya mengikuti workshop penulisan yang dibuat oleh Teater Garasi. Acara itu menjadi salah satu mata rangkaian tur mereka di Jakarta. Di salah satu sesinya, nama Bambang Bujono, seorang kritikus teater senior dijadwalkan memberikan materi. Di awal sesinya, alih-alih membuat sebuah pengantar yang kontekstual, ia membukanya dengan permohonan maaf. “Saya mohonContinue reading “Pertunjukan Dua Malam Merayakan Sapardi Djoko Damono bersama AriReda”
Tag Archives: indie
Future Folk vol. 1 – June 2016
Folk adalah musik yang penuh dengan jebakan. Seketika, ia sangat mudah didengar. Seketika lainnya, ia membosankan karena gugusan nadanya bisa itu-itu saja. Ada yang lebih kuat dari melodi, yaitu kata-kata. Perlawanan adalah kata benda yang bisa menggerakan minat. Melawan apapun, menjadi pemberontak dalam kapasitasnya masing-masing. Jadi sangat berarti ketika mulai dibagikan kepada orang banyak. AtasContinue reading “Future Folk vol. 1 – June 2016”
Hela, Si Pembuka Jalan
Satu lagi anugerah Tanah Maluku yang menyeruak dengan karya yang bagus. Ia menambah pilihan legit di liga penyanyi perempuan yang keren. Namanya Grace Sahertian. Pendatang baru. Baru merilis debut album berjudul Hela. Kata Sahertian di belakang nama depannya adalah penanda yang tidak bersayap; perempuan ini punya darah Maluku, salah satu pulau produsen manusia-manusia bersuara merduContinue reading “Hela, Si Pembuka Jalan”
Jejak Homicide
Durasi hidup, di dalam kasus Homicide, tidaklah panjang; 1994-2007. Buah karya pun tidak banyak. Belasan tahun yang mereka napasi, diisi dengan banyak kegiatan aktivisme yang seolah membuat musik menjadi tidak berada di garis depan. Musik jadi sekunder, isu jadi premier. Homicide, di umur pendeknya, secara gamblang memberikan contoh nyata bagaimana kolektif yang bersatu atas namaContinue reading “Jejak Homicide”
Dari AriReda – Still Crazy After All These Years Tour 2016: Jakarta dan Malang
Saya sedang berada di dalam sebuah perjalanan tur bersama AriReda. Akhirnya bergulir juga rencana yang ini. Ada dua tulisan cerita di balik layak. Versi saya ada di sini. Dan versinya Reda Gaudiamo ada di sini. Keduanya menjelaskan bagaimana kami bisa menjalankan sebuah tur. Pertunjukan pertama, dengan sadar memang sengaja dimulai di kota kami tercinta, Jakarta.Continue reading “Dari AriReda – Still Crazy After All These Years Tour 2016: Jakarta dan Malang”
Tur, bersama AriReda
Kawazu, kota di luar Tokyo, Februari 2016. Saya kehilangan fokus di dalam sebuah perjalanan keluarga. Bunga Sakura yang mulai bermekaran seolah kalah menarik dengan sebuah tawaran yang masuk lewat salah satu pesan Whatsapp yang diterima. Pengirimnya adalah Anitha Silvia, seorang kawan asal Surabaya. Kami berurusan dalam beberapa hal. Yang kali ini kapasitasnya sebagai penyelenggara acara.Continue reading “Tur, bersama AriReda”
Toko Musik dan Soundstage
Jika sebelumnya, Toko Musik sudah mulai proses pengambilan gambarnya, maka sekarang giliran Soundstage. Keduanya adalah program yang digarap dengan napas merekam banyak talenta bagus di scene musik independen. Dua seri ini adalah produk awal hasil kolaborasi yang dihasilkan dari pekerjaan saya sebagai konsultan di Soundquarium, salah satu qube (semacam channel) di Qubicle. Apa itu Qubicle?Continue reading “Toko Musik dan Soundstage”
Berpisah dengan Masa Lalu di Records Store Day Indonesia 2016
Records Store Day akan tiba lagi di Indonesia akhir pekan mendatang, 16-17 April 2016. Ah, that time of the year again. Tahun lalu, saya berhasil memulai sebuah tradisi; berpisah dengan masa lalu yang kesempitan. Baju-baju band masa lalu yang kesempitan, akhirnya berhasil dilego. Hasilnya, lumayan. Besar, malah. Berpisah dengan masa lalu itu, susah. Saya rasaContinue reading “Berpisah dengan Masa Lalu di Records Store Day Indonesia 2016”
Capital: Sedih tapi Tidak Cengeng
Mereka yang curiga bahwa cinta long distance itu buat menderita, mungkin bisa menemukan jawabnya dengan bertanya pada lima lelaki yang bermain di bawah nama Kaveh Kanes; tiga orang personil dan dua sisanya pemain tamu. Mereka terpisah di tiga kota, Jakarta, Cirebon dan Jogjakarta. Band ini, mampu bertahan kendati jarak menjadi musuh. Klasik, kelas pekerja buatanContinue reading “Capital: Sedih tapi Tidak Cengeng”
Semiotika dan Ruang yang Mengubah Wajah Jambi
Ketika memutuskan untuk menulis tulisan ini, saya langsung teringat pengalaman pertama menjejakan kaki di Jambi. Kapal udara yang membawa saya, mendarat sedikit keras di landasan yang tidak panjang. Matahari bersinar terang. Kekagetan muncul karena kondisi pendaratan yang tidak sempurna. Ruko-ruko kemudian melintas di pandangan. “Kota ini tidak spesial,” ucap saya dalam hati. Judgemental memang, tapiContinue reading “Semiotika dan Ruang yang Mengubah Wajah Jambi”