Future Folk vol. 1 – June 2016

Future Folk 1

Folk adalah musik yang penuh dengan jebakan. Seketika, ia sangat mudah didengar. Seketika lainnya, ia membosankan karena gugusan nadanya bisa itu-itu saja. Ada yang lebih kuat dari melodi, yaitu kata-kata. Perlawanan adalah kata benda yang bisa menggerakan minat. Melawan apapun, menjadi pemberontak dalam kapasitasnya masing-masing.

Jadi sangat berarti ketika mulai dibagikan kepada orang banyak. Atas nama pesan yang perlu disampaikan.

Mixtape ini adalah rekaman akan gelora yang timbul di dalam diri ketika mendengarkan banyak kisah band lokal yang berusaha sekuat tenaga mengambil posisi melawan berbagai macam kisah dalam kehidupan.

Beberapa menjadi bagian dari album yang sudah dirilis, beberapa masih mentah dan dipunguti satu demi satu dari arsip internet. Ada dua malah yang dirip dari video Youtube. Demi dijadikan satu di dalam kompilasi ini.

Dan tentunya, ada karya Iwan Fals yang dinyanyikan ulang. Penyanyi folk paling besar di negara ini, mungkin sedang jadi orang sarap untuk urusan karya. Tapi masa lalunya tetap harus dihargai dan dinikmati sepuasnya.

Selamat mendengarkan. Beberapa dari mereka juga direncanakan untuk diajak naik panggung untuk mempertanggungjawabkan karya yang dihasilkan. Semoga bisa berlanjut terus.

01. Rabu – Kemarau, Bunda dan Iblis
Mengawali sebuah kompilasi dengan kata bunda dan iblis dan bersisian, sungguhlah mencerminkan bagaimana wajah folk bisa diputar balik dengan semena-mena. Rabu adalah kontradiksi yang sempurna antara kearifan kata-kata ketika bercengkerama dan dengan sendiri menjadi bengis ketika dinyanyikan.

Rabu

02. Alvin & I – Bersuara
Personel segambreng, bernada kolektivitas. Dari Bandung yang pelan-pelan memperbaiki diri dari kacamata talenta lokal. Bersuara adalah balada yang tidak membosankan untuk didengarkan berulang. Makanya diletakan di depan.

03. Tetangga Pak Gesang – Tetanggaku Pergi ke Kota
Kita, tidak perlu ke kota. Kita akan membuat kota. Protes sederhana yang menarik untuk diseriusi. Di balik nada-nada pelan dan sok harmoninya, ia menjadi provokator perubahan.

04. Sungai – Jalang
Lagu milik Efek Rumah Kaca yang digarap ulang oleh Sungai, kolektif bagus asal Jogjakarta yang pada saat kompilasi ini dibuat sedang mengerjakan album penuh kedua mereka. Denting gitar kopong, suara tiga vokalis dan perkusi custom bahu-membahu membuat interpretasi ulang ini sulit untuk dilewatkan begitu saja.

Sungai

05. Jason Ranti – Stephanie Anak Seni (Live at Borneo Beerhouse)
Pandangan pertama begitu setia untuk tinggal. Sejak menyaksikan Jason Ranti bermain di gig ini, saya menyepakati sebuah keinginan yang muncul untuk dengan sabar menunggu debut albumnya dirilis. Saat ini, sedang mixing. Semoga tidak janji-janji tukang jahit. Mulutnya sompral. Tapi ya, seperti kata lagu ini, sesuaikan saja dengan harga bensin. Santai.

06. Bin Idris – Rebahan
Seniman yang kompleks, juga perlu sedikit waktu untuk mengaso dan bersenandung pelan. Haikal Azizi yang tidak mencurahkan banyak energi untuk menyusun komposisi bunyi yang variatif. Ia, yang sedang pelan.

07. Banda Neira – Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang Berganti
Meleleh. Paradoksal. Tapi di ujung cerita ketika nadanya habis, ada perasaan hilang sekaligus miris. Sekilas ada juga harapan, tapi bentuk kantong mata sudah berantakan. Repetisinya membunuh. Tambahan string juga semakin menyayat. Mungkin, ia membentuk sebuah mitos baru tentang band ini.

Banda Neira

08. Oscar Lolang – Eastern Man
Keberanian adalah napas lagu ini. Sa pu mama mati karena tentara, sa pu rumah hancur karena tentara, sa su lama marah deng pemerintah, dong semua su bikin Papua menjadi merah. Negara, adalah musuh. Yang harus digugat karena kejahatan segelintir orang dengan legitimasi seragamnya.

09. Sisir Tanah – Lagu Hidup
Band folk lokal yang paling diantisipasi dalam beberapa bulan belakangan sejak pertama kali berkenalan di awal tahun lalu. Kemalasan suara dan tempo yang pelan membuat diri ingin bersandar yang membiarkan lima menit milik alam raya berlalu begitu saja dalam diam dan hening yang penuh perenungan. Marah, juga bisa tampil dalam kepasrahan yang ada di permukaan.

Sisir Tanah

10. Teman Sebangku – Perempuan Pagi
Teman Sebangku punya album yang sangat bagus. Judulnya Hutan di Dalam Kepala. Perempuan Pagi adalah salah satu lagu yang standout. Untuk menciptakan sebuah kompilasi bernafaskan folk, sudah seharusnya band ini masuk di dalamnya.

11. Dialog Dini Hari feat. Sawung Jabo – Kesaksian (Live)
Sawung Jabo yang legendaris bergabung dengan Dialog Dini Hari. Mereka memainkan komposisi yang juga legendaris berjudul Kesaksian. Lagu klasik yang ditampilkan kembali lewat perpaduang yang berjarak jurang; muda dan tua. Tapi ya, namanya lagu bagus, mau diapakan saja juga tetap bagus. Kalau boleh dicatat, duo ini bisa mengemas ulang nyawa Kesaksian dengan baik.

12. Backyard Lullaby – Mary
Dari Jogjakarta yang spesial. Baru merilis mini album. Coba segera ditelusuri lebih dalam.

13. Harlan Boer – Sakit Generik
Sarapan ciuman adalah frase yang gila. Romantisme yang model begini dipakai sebagai bumbu untuk menceritakan kisah pergumulan keras ala Jakarta yang memang setia menguji orang-orang yang hidup di dalamnya untuk menciptakan dunia mereka sendiri yang mandiri. Harlan Boer, dengan modal gitar serta vokal pemalasnya, cocok untuk menjadi lagu tema perlawanan bagi warga Jakarta yang menolak menyerah pada keadaan dan menjadi orang-orang di kerumunan.

14. Wangi Gitaswara – Gerimis
Perempuan muda bertalenta baik. Ada lullaby yang mengalun. Ia masih mencari jalan, tapi ada bintang terang yang mengikuti. Diperkenalkan kepada orang yang lebih banyak adalah kemungkinan yang bisa ditempuh. Menyempil di ruang-ruang komunal model begini, bisa jadi adalah cara yang efektif. Selamat mencari tahu lebih dalam tentangnya.

Wangi Gitaswara

15. Wing Narada – Di Mata Air Tak Ada Air Mata
Iwan ketika bagus. Dimainkan oleh anak muda yang berjarak tapi menyimpan kekaguman. Satu lagi contoh reinterpretasi yang baik. Secara teknis, ini jadi penutup pengalaman mendengarkan yang enak. Dari kesemuanya, saya memilih ini untuk mengakhiri perjalanan.

(pelukislangit)

*) Kompilasi dibuat pada bulan Juni 2016
*) Apabila ada pemilik lagu yang tidak berkenan lagunya dimasukkan ke dalam kompilasi ini, bisa menghubungi saya di felix@felixdass.com

Future Folk vol. 1 bisa didengarkan langsung di:

Advertisement

Published by Felix Dass

I'm searching for my future, my bright future.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: