Jejak Homicide

Durasi hidup, di dalam kasus Homicide, tidaklah panjang; 1994-2007. Buah karya pun tidak banyak.

Belasan tahun yang mereka napasi, diisi dengan banyak kegiatan aktivisme yang seolah membuat musik menjadi tidak berada di garis depan. Musik jadi sekunder, isu jadi premier.

Homicide Traces_2859

Homicide, di umur pendeknya, secara gamblang memberikan contoh nyata bagaimana kolektif yang bersatu atas nama musik ternyata bisa mengembara jauh dari sekedar menimbulkan efek keren berlabel pendengar-yang-ikut-bernyanyi-ketika-lagu-dilantunkan.

Sedikit banyak, ia menjadi legenda karena kontribusi yang secukupnya itu.

Penggemar bertebaran di banyak tempat. Kebanyakan mereka –termasuk saya— tersangkut dan tidak bisa melepaskan diri dari kata-kata yang mereka tulis. Ide-ide tentang perlawanan dan perayaan hidup bertebaran.

Homicide Traces_2870

Di sana ada keberanian yang muncul dari proses amarah yang berulang. Di sana juga ada kisah cinta yang bukan tentang laki dan perempuan dewasa. Di sana ada harapan. Di sana ada juga bahagia yang tersamar. Di sana, ada segalanya.

Mesin propaganda itu, kini telah mati. Tapi, kematian ternyata tidak selamanya abadi. Ia bisa hidup kembali, walau hanya sisi kenangannya yang dinyalakan.

Homicide Traces_2865

Entah apa yang ada di pikiran mereka yang pernah tergabung di dalam kolektif Homicide selama empat belas tahun eksistensi band itu, ketika mengetahui seberapa besar pengaruh musik yang mereka mainkan untuk orang banyak. Bisa jadi sesederhana senyum-senyum sendiri, bangga luar biasa, cenderung biasa saja atau malah tidak peduli sama sekali. Tapi, itu tentang mereka yang bisa dengan egois kita kesampingkan.

Secara terbuka, di lagu Belati Kalam Profan, mereka bilang, “Lebih baik mati terlupakan daripada selamanya dikenang orang karena menyerah.”

Homicide Traces_2866

Tentu kalau mau dikaitkan dengan liriknya, ini tidak kontekstual jika dipandang sebagai keseluruhan karya. Tapi jika dipotek, kalimat ini jadi harapan yang secara serabutan terlontar. Mereka tidak akan pernah terlupakan karena kontribusinya itu.

Penggemar punya sisi yang reaksioner setelah diberi respon karya-karya Homicide. Dan reaksi itulah yang tinggal untuk waktu yang sangat lama.

Entah pula berhubungan atau tidak, Morgue Vanguard berhasil didorong untuk memublikasikan banyak artefak yang pernah ditunjukan kepada orang banyak di masa Homicide hidup. Sebuah pameran, merayakan keabadian ini. Restunya menghidupkan lagi Homicide untuk sementara waktu.

Homicide Traces_2863

Di Bandung, sampai dengan 30 Juni 2016, di s.14 Space di sisi utara kota, berlangsung sebuah eksibisi berjudul Homicide: The Nekrophone Traces. Di sana dipertunjukan jejak yang ditinggalkan oleh Homicide untuk orang banyak.

Ruang yang tidak besar itu nampak hangat dan berhasil mengembalikan memori yang direkam sepanjang interval 1994-2007. Untuk saya pribadi, bisa dipersingkat menjadi 1999-2007. Saya pertama kali berkenalan dengan Homicide lewat album MKII-nya Puppen di mana tiga orang MC band ini –pada waktu itu, jumlah MC-nya memang tiga orang— ikut menulis dan kemudian menyanyikan lagu United Fist.

Homicide Traces_2862

Perkenalan yang singkat-jelas-padat guna itu ternyata membawa banyak hal dan menjadi lebih dalam ketika pada akhirnya Homicide merilis split album –rasanya, yang juga jadi rilisan pertama mereka secara resmi dalam bentuk album— bersama Balcony; Hymne Penghitam Langit dan Prosa Tanpa Tuhan. Setelahnya tidak ada kata berhenti.

Cintanya bukan cinta monyet. Ia mungkin seperti cinta yang selalu hidup permanen. Di berbagai perjalanan hidup, pasti musiknya dipanggil masuk. Biasanya, menemani perasaan jengah yang secara reguler muncul.

Pameran The Nekrophone Traces seolah menjadi penyambung napas yang ideal; tidak dibutuhkan karena memang memori tentang Homicide hanya segitu saja, tapi juga tidak ditolak karena selalu indah menjalani perjalanan kembali ke masa lalu yang baik kualitasnya. Justru, ia punya guna banyak untuk memperpanjang napas penyebaran musik Homicide ke generasi berikutnya.

Saya datang di hari kedua pameran. Belum 100% terpasang materinya, karena mereka berpacu dengan waktu. Setelah saya mengisi buku tamu, ada segerombolan anak muda yang datang. Petugas s.14 Space bertanya kepada mereka. Pertanyaannya standar, dari mana, tahu dari mana, suka ama lagu yang mana, dll. Beberapa orang di gerombolan itu mengaku bahwa mereka belum pernah mendengarkan Homicide dan selama ini hanya hidup dari mitos bahwa ada band lawas asal Bandung bernama itu.

Dan di sanalah penyebaran berlangsung.

Homicide Traces_2861

Di ruangan kecil itu, tersedia sebuah perangkat elektronik yang memutar seluruh lagu yang pernah dirilis oleh Homicide. Formatnya sudah digital, tentu saja. Tapi, mesin pemutar itu memegang peran yang sangat penting di tengah-tengah pameran itu, guna mengingatkan orang akan karya Homicide.

Membunuh mitos, menurut saya, ya memang harus dengan memutar kencang-kencang karya Homicide. Pendekatan itu, lebih berguna ketimbang menampilkan berhala kaos dan plat atau cd dan kaset mereka yang harganya najis di pasar second hand.

Bagaimanapun juga, karya mereka menjadi tulang punggung hidupnya. Walaupun itu tadi, karyanya posisinya ada di posisi kedua setelah aktivisme mereka yang kencang rotasinya. Tapi jelas, di atas berhala-berhalanya.

Selebihnya, memang kenangan dibiarkan untuk berserakan di seluruh dinding. Ia menjadi saksi bagaimana perjalanan disusun secara kronologis. Semua penanda karir Homicide rasanya ada di sini. Perjalanan ke masa lalu, seolah disediakan gratis lewat ruangan itu.

Yang juga penting, selain memutar karya, adalah menyimak wawancara panjang Morgue Vanguard yang ada di ruangan lain s.14 Space. Wawancara panjang ini merupakan hal yang tidak sering dilakukan oleh Homicide sepanjang mereka hidup. Ketika saya datang, sedang ada masalah teknis dengan rekaman itu. Tapi, pastinya menarik melihat wawancara yang dilakukan di era setelah mati. Sudut pandangnya jadi mengenang masa lalu. Semoga yang ini satu hari nanti disediakan di internet oleh mereka.

Homicide Traces_2860

Gambar-gambar di halaman ini, seharusnya sudah bisa menjadi gambaran dasar bagaimana pameran ini berlangsung. Walaupun, tidak ada apa-apanya ketimbang menyaksikan semuanya dengan mata kepala sendiri. Ada faktor yang tidak bisa diganti dengan titipan penglihatan lewat tulisan ini, perasaan magis yang larut pada inspirasi besar yang ditinggalkan oleh band ini.

Bagaimanapun juga, memori tentang Homicide telah diperpanjang umurnya. Bukan salah mereka jika publik diam dan melihatnya berlalu begitu saja. Jadi, silakan datang. Segera. Pameran berlangsung sampai 30 Juni 2016.

Mereka tidak akan terlupakan, karena mereka tidak pernah menyerah. Kecuali pada energi yang habis. Dan, kehabisan energi di dalam sebuah perjalanan, wajar-wajar saja terjadi, bukan? Sudahlah. Saya penggemar berat, jadi bebas menulis hal-hal model begitu. Selamat diagendakan dan jangan sampai menyesal tidak bisa menghadiri pameran ini. (pelukislangit)

Informasi tentang pameran ini bisa ditengok di link ini. Dan ini ada video dari sebuah sesi program tanggal 18 Juni 2016 kemarin.

2 Juni 2016 – Rumah Benhil
19 Juni 2016 – Queenstown
Video oleh Husni K Effendi

Advertisement

Published by Felix Dass

I'm searching for my future, my bright future.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: