Satu lagi anugerah Tanah Maluku yang menyeruak dengan karya yang bagus. Ia menambah pilihan legit di liga penyanyi perempuan yang keren.
Namanya Grace Sahertian. Pendatang baru. Baru merilis debut album berjudul Hela. Kata Sahertian di belakang nama depannya adalah penanda yang tidak bersayap; perempuan ini punya darah Maluku, salah satu pulau produsen manusia-manusia bersuara merdu nan indah. Titik unggulnya stereotip; vokal khas yang penuh tenaga plus keberanian teknis untuk menjelajah berbagai kemungkinan seni suara.
Talenta memainkan peranan penting. Keberanian teknis yang tadi, membuatnya jadi spesial. Hela adalah adalah sebuah perkenalan dengan orang banyak yang menarik untuk dicermati.
Plus, kemampuan menulis lagunya juga bagus. Keduanya berhasil menciptakan paket kombo yang sulit untuk tidak disepakati level keidealannya.
Liga penyanyi perempuan, sesungguhnya memang sangat menarik belakangan ini. Terutama mereka yang memutuskan untuk mandiri dan percaya diri menggelontorkan karya kepada publik luas.
Grace Sahertian menambah daftar yang pelan-pelan jadi panjang. Ia, secara kualitas, setara dengan Mian Meuthia, Kartika Jahja, Monita Tahalea atau Yura Yunita.
Ada kesamaan lima perempuan ini: Cara berkarya yang mereka pilih unik. Semuanya seolah tahu dengan pasti harus mengeksplorasi kemampuan mereka di ranah yang mana.
Secara khusus, Hela mempertontonkan itu.
Album ini, dibuat dengan proses produksi yang juga stereotip; ada produser yang mengarahkan tapi juga memberi ruang yang sangat luas untuk sang penyanyi.
Modalnya mewah, berkahnya melimpah. Mendengarkan Hela tanpa tahu siapa penyanyinya, misalnya, pasti akan terjebak pada kebingungan bahwa fakta berbicara ini merupakan debut album penuh. Grace Sahertian terasa sangat memahami apa yang ingin ia sajikan kepada orang banyak.
Ia bernyanyi dalam tiga bahasa; Maluku, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Jenis yang terakhir mendominasi. Rasa yang disajikan lagu-lagu di album ini pun variatif. Tidak ada yang revolusioner, semuanya sudah pernah dicoba oleh orang lain, tapi itu tadi, ia punya kualitas materi yang baik. Pendekatannya mau seperti apa, rasanya tidak menjadi masalah. Toh, untuk seorang penyanyi pop, koridor mainnya itu-itu saja.
Albumnya gado-gado, ada lagu berketukan rapat, ada lagu yang pelan. Semua faksi lagu pop rasanya diwakili dengan baik.
Penyusunan urutan lagunya juga menarik. Menjadikannya sebuah kumpulan lagu yang utuh; ada pembuka yang misterius serta penutup yang megah. Rasanya, memang dipikirkan untuk dipersembahkan sebagai sebuah kesatuan yang utuh.
Favorit saya adalah Fallin’ yang kontemplatif. Lagu pelan yang terdengar minimalis –tapi sebenarnya tidak minimalis— yang bertumpu pada tiga pondasi dasar; lagu enak, vokal menyayat dan lirik yang bagus.
Lagu penutup Sun of Hope juga kaya. Ada banyak percikan kejutan di dalamnya. Itu tadi yang dimaksud dengan megah. Sekilas mengingatkan pada lagu-lagu di album Archipelagongs-nya Ubiet yang penuh dengan detail-detail kecil yang membuat aransemennya menjadi kaya.
Dua lagu ini sih yang mencuri perhatian dengan dominan.
Dengan Hela, Grace Sahertian memulai perjalanannya dengan baik. Selamat mengarungi industri musik Indonesia. Terima kasih untuk karya bagusnya yang tetap membuat pop Indonesia menarik. (pelukislangit)
Rumah Benhil
1 Juli 2016
11.47