Sebuah janji percakapan ternyata membuat saya kembali menulis untuk Majalah Hai. Premis terakhir malah terjadi tanpa rencana. Seperti sudah bisa ditebak, ia selalu menyenangkan. Saya berhutang banyak pada Majalah Hai. Majalah remaja laki-laki paling legendaris di Tanah Indonesia ini, adalah media nasional pertama yang menjadi rumah bagi saya. Sepanjang 1999-2000, saya bekerja untuk majalah ini.Continue reading “Untuk Majalah Hai”