Terhisap Kita Sama-Sama Suka Hujan

Album live sejatinya merekam energi yang berputar-putar di tengah pelakunya. Ia tidak perlu sempurna secara keseluruhan.

Yang paling dahsyat dari sebuah proses kolaborasi sesungguhnya adalah keberanian untuk membagi hasilnya ke orang banyak. Mempresentasikan apa yang telah didiskusikan dalam dedikasi waktu. Keberanian itu jadi titik utama, hasil seringkali menjadi bonus yang datang belakangan.

Dalam kasus proyek Kita Sama-Sama Suka Hujan (KISSSH) yang digagas enam orang musisi penuh talenta, keberanian itu bisa dirayakan lewat sebuah album live yang mengabadikan beberapa pertunjukan kolektif ini yang mereka helat sepanjang tahun 2015.

01

Dari serangkaian obrolan, duo Banda Neira –Rara Sekar dan Ananda Badudu—, Gardika Gigih, Layur, Suta Soma dan Jeremia Kimosabe berhasil membawa kesukaan komunal mereka akan hujan ke atas panggung. Membagi rata beberapa lagu pribadi untuk kemudian dimainkan bersama-sama. Proyek ini telah dipentaskan tiga kali; di Jogjakarta –dengan nama lain, bukan KISSH—, Bandung dan Jakarta.

Secara kolektif, mereka memainkan sebuah pertunjukan bertajuk KISSH ini.

Hujan dan berbagai macam romantisme yang mengikutinya menjadi obyek utama. Turunannya masih bisa dirasakan dengan jelas ketika cd audio livenya dirilis untuk orang banyak.

Saya yang tidak berkesempatan untuk menghadiri pertunjukannya di Jakarta beberapa bulan yang lalu, misalnya, bisa terhisap masuk membayangkan betapa hangatnya konser itu. Yang dirilis dalam album ini adalah kompilasi rekaman dari sesi Bandung dan Jakarta.

Proses membayangkan dibangun lewat pengalaman visual dan audio yang kompak membentuk sebuah bangunan yang ajeg. Mata dan telinga yang secara bersamaan bekerja melihat booklet dan mendengarkan cd berhasil membangun bayangan tentang kenangan itu.

Di dalamnya, tentu saja terdapat beberapa penjelasan audio tentang betapa indahnya hujan sehingga ia bisa menjadi inspirasi bagi mereka untuk memproduksi pertunjukan ini.

Kalau bicara album, semuanya natural. Ini bukan album yang secara kualitas sempurna. Jauh malah, dari kata sempurna. Tata suara kadang lari dari keteraturan, pitch vokal juga seringkali meleset dan masing-masing terdengar kikuk berbicara di depan microphone.

Orang terbaik yang memimpin komunikasi, Rara Sekar dari Banda Neira, pun belum begitu cakap menggulirkan komunikasi tiga arah; ia sebagai moderator yang bertanya di beberapa kesempatan, penampil lain sebagai narasumber dan penonton sebagai audiens. Di beberapa titik, ia kalah oleh konsepsi keadaan ideal yang, misalnya, mengharuskan ia fasih untuk memilih kata dalam berkomunikasi.

Bagi mereka yang paham dengan penampilan Banda Neira, ini merupakan sebuah hal yang telah terjadi dalam durasi yang lama dan musik mereka selalu bisa bicara dengan lebih tegas ketimbang komunikasi verbal panggung yang memang bukan jadi faktor terbaik dari band ini.

Tapi, yang dicari bukanlah itu. Ini bukan rekaman diskusi. Ini juga bukan rekaman studio. Ini adalah album live! Dan secara umum, KISSH adalah album live dambaan yang secara pribadi telah lama saya nantikan muncul.

Musisi tidak perlu takut menampilkan penampilan live mereka yang tidak sempurna. Karena esensi dari rekaman live adalah memperlihatkan betapa menyenangkannya sebuah pertunjukan dan kenapa ia harus direkam untuk dijadikan abadi.

02

Energi menjadi napas yang begitu kuat. Sehingga ia bisa memimpin KISSSH mengalahkan segala macam halangan teknis untuk menjadi sebuah album live yang justru sangat bagus. Menyenangkan sekali rasanya bisa menikmati teriakan aba-aba yang mengawali cd pertama album ini. Sama menyenangkannya dengan membayangkan apa yang terjadi ketika penonton meminta encore dan Ananda Badudu dengan kikuk meresponnya dengan memulai intro Di Atas Kapal Kertas yang segera disambut tepuk tangan meriah dari penonton.

Sebagai pendengar, saya terkesima dan terprovokasi untuk mendengarkannya terus menerus.

Gampangnya: Kalau mau dengar sesuatu yang secara teknis bagus, dengarkan saja album masing-masing musisi ini. Tapi kalau mau dengar sesuatu yang secara kualitas luar biasa, dengarkanlah album KISSH ini. Di sini, musicianship masing-masing orang diperdengarkan dengan sangat baik.

Kita tidak boleh lupa bahwa musik ada untuk menghibur. Persoalan membuat orang kagum, tidak begitu penting dan sifatnya sekunder.

Di ujung cerita, saya menyesal setengah mati tidak bisa menyaksikan dengan mata kepala sendiri seri pertunjukan yang baik ini. Album live ini menghibur. Menunjukan kepada orang banyak bahwa bersenang-senang adalah elemen penting dalam memainkan dan menikmati musik. (pelukislangit)

1 Januari 2016
Rumah Benhil – 21.48
Sebagian ditulis ketika hujan deras menyergap Jakarta Pusat

Advertisement

Published by Felix Dass

I'm searching for my future, my bright future.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: