Buat Wiratmono dan Supartini
Di jalanan seberang pasar, aku tertegun. Gerak tubuh membawaku menengok satu sudut tersembunyi di sisi kiri. Ia minta diperhatikan.
Lorong-lorong tua itu bertarung dengan perjalanan waktu. Di beberapa sisi, ia digerus penuaan. Moncongnya retak, kulitnya digerogoti lumut. Tapi konstruksinya tetap kokoh. Bisa jadi ia hidup.
Waktu membuatnya menderita. Melihat banyak kisah yang mungkin saja terjadi di dalam pantauannya.
Aku membayangkan kamu; bagaimana kamu berteriak, tersenyum nyinyir atau mungkin bersilat lidah.
Aku juga membayangkan orang di sebelahmu; bagaimana ia mempertahankan perjalanan, menjalani hidup yang berat karena kisahmu berbelok drastis di simpangan depan dan mengisi cinta yang dipilih sedari muda.
Pasar. Sisi lain keraton. Ruang-ruang tua Belanda. Gebyar tawa. Buah-buah segar yang dikirim dari sudut lain kota. Semuanya.
Aku membayangkan kamu. Aku membayangkan dia. Kalian. Dan bagaimana kalian melewati hidup dengan jeda begitu lama. (pelukislangit)
2-3 Oktober 2015