Ini AriReda; Ari Malibu dan Reda Gaudiamo. Alam raya mempertemukan kami di RRREC Fest 2014 yang lalu di Tanakita, Sukabumi. Mereka main di bawah pohon jengkol, persis setelah senja pergi memberi ruang pada gelap malam. Romantis. Plus, suasana selepas hujan menambah bumbu.
Ari ternyata bernama belakang Malibu –baru disadari kemudian setelah diperhatikan dengan seksama— adalah salah satu idola masa remaja saya. Ketika ia main bersama LFM, band yang juga beranggotakan Adam Joswara yang sekarang bermain bersama Koil dan Kubik dan Ridho Hafiedz, salah satu gitaris Slank.
Sementara Reda Gaudiamo, lumayan familiar. Namanya. Orangnya belum pada saat itu.
Saya dan sejumlah teman ikut merubung ketika mereka selesai bermain malam itu di RRREC Fest. Tapi, tidak ada ruang untuk berkenalan langsung. Mereka membuat malam begitu berarti.
Saya jatuh cinta.
Lalu, selayaknya orang jatuh cinta, ada banyak momen penelusuran terjadi mengikuti pertemuan pertama itu. Selebihnya, kisah saya dan AriReda cenderung text book; bisa ditebak. Cinta berlanjut, lagu-lagu mereka diputar dalam kuantitas tidak normal, beberapa pertunjukan mereka disambangi.
Oh ya, mereka telah bermain bersama sebagai duo AriReda selama tiga puluh dua tahun. Durasi ini, bahkan lebih tua dari umur saya ketika tulisan ini ditulis.
Di ranah personal, hubungan kami menjadi lebih dalam, lebih sering berkomunikasi. Terutama dengan Reda. Karena ia mengambil peran di luar urusan teknis yang lebih menjadi ranahnya Ari.
Hari Jumat kemarin, saya janjian dengan Reda. Ia mengajak saya bertemu untuk berbicara tentang sejumlah hal yang akan dilakukan oleh AriReda. Mereka sedang mempersiapkan album baru, masih berisi musikalisasi puisi.
Janji pertemuan dengan Reda adalah janji keenam di hari itu. Meletihkan, tapi saya tahu janji terakhir hari itu bisa jadi yang terpenting.
Di pagi hari, Reda mengirim email, menambah beban di dalam hidup saya; isinya usulan kover album kedua mereka yang belum ada judul pastinya. Sebelumnya, Reda juga telah sepakat untuk memperdengarkan materi baru AriReda yang masih berupa hasil mixdown rekaman. Belum dimixing, apalagi dimastering. Proses untuk menjadikannya final masih perlu beberapa pekan lagi.
Saya memilih untuk tidak mau terlalu terikat dengan apa yang didengar lewat komputer Reda. Teman kami, Dharmawan Handonowarih, juga ikut di dalam pembicaraan. Kami bicara kurang lebih tiga jam; Saya, Reda, Dharmawan dan kemudian suami Reda, Eddie Prabu, ikut bergabung.
Berbagai ide seliweran. Mungkin, kami yang ada di meja itu sepakat untuk berkolaborasi di masa depan. Bentuknya belum konkrit. Makanya belum bisa dibagi.
Saya masih jatuh cinta. Dan karenanya, akan dengan senang hati ikut berkontribusi. Yang paling penting, coba perhatikan lagu-lagu di halaman ini, mungkin beberapa bulan dari sekarang mereka akan sering bermain di sekitar, mempromosikan album baru.
Sebelum kami berpisah tadi, Reda mengirimkan satu email lagi. Sesuatu yang beberapa jam terakhir ini saya telusuri. Isinya lirik-lirik untuk album kedua AriReda. Meleleh.
Saya jatuh cinta. Selalu jatuh cinta. Sulit untuk tidak bersuara tentang hal ini. Jadi, selamat menantikan. Semoga semua kejadian. ☺ (pelukislangit)
Rumah Benhil
27 Juni 2015 – 02.04
Foto diambil di Kedai Tjikini
Foto dipinjam dari Eric Wirjanata (deathrockstar.club) dan Agung Hartamurti (irockumentary.com).
Video dipinjam dari Eric Wirjanata.
Foto di Kedai Tjikini diambil oleh Felix Dass.
Reblogged this on AriReda.