Setelah Purwokerto yang mengejutkan, #radioofrocktourserial2 berlanjut ke Solo. Perjalanan beberapa jam dengan bus, harus ditempuh di tengah malam. Selepas pertunjukan pertama, rombongan langsung bergerak menuju kota berikutnya.
Beberapa dari kami kelelahan, beberapa juga sulit tidur. Solo, menghadirkan kenangan yang tidak kalah ciamik ketimbang Purwokerto. Tiket pertunjukan terjual habis. Panitia lokal bahkan sampai harus menyediakan layar di lobi gedung pertunjukan untuk memfasilitasi mereka yang tidak berhasil mendapatkan tiket masuk.
Pengamanan polisi juga spesial. “Ternyata karena besoknya ada pelantikan pejabat kepolisian, mereka nggak mau ambil resiko, Lix. Dikasih pilihan, acaranya suruh mundur atau kami menjaga dengan kekuatan seperti ini,” cerita Indra Ameng, manajer White Shoes and the Couples Company. Akhirnya, polisi mengambil alih sejumlah elemen pemeriksaan penonton. Total, mereka menempatkan sekitar 35 orang personil untuk mengamankan acara. Berlebihan sih, tapi daripada disuruh mundur acaranya?
White Shoes and the Couples Company membuka hari. Secara spesial, mereka memainkan Suburbia untuk pertama kalinya. Single terbaru ini rencananya akan dimasukkan ke album terbaru mereka yang sedang dalam proses penggarapan.
Ini videonya:
Pemain kibor, Aprimela Prawidyanti tidak ikut bermain karena sakit. Oleh karena itu, mereka mengatur ulang formasi untuk memainkan lagu ini. Ricky Surya Virgana memainkan gitar akustik dan synth, sementara Rio Farabi memainkan bas. “Supaya mudah untuk pindah instrumen,” kata Ricky.
Di belakang panggung, ada banyak juga kejadian menarik. Salah satunya ini, ketika Ricky belajar goyang pada Rudy Atjeh, pemain bas Sangkakala yang memang terkenal karena goyangannya yang khas.
Penampil lainnya juga punya cerita. Ketika Goodnight Electric main, mendadak Oomleo meninggalkan panggung menjelang lagu terakhir. Tetapi band masih melanjutkan permainan. Ternyata, ia tidak melihat bahwa ada satu lagu lagi yang harus dimainkan. Alhasil, setelah meninggalkan kebingungan, ia masuk kembali dari sisi panggung yang lain untuk bermain kembali. Dasar!
Efek Rumah Kaca juga memberi bonus untuk Solo. Setelah Desember, yang jadi lagu terakhir mereka, Efek Rumah Kaca menuruti permintaan sejumlah teman di sisi panggung yang meminta lagu Kuning untuk dimainkan sebagai penutup. “Bisa kaliii,” teriak beberapa orang di sisi panggung, termasuk saya.
Alokasi waktu lebih lowong di Solo. Jadi, ini bisa dituruti. Puji Tuhan.
Di bawah ini, ada sejumlah gambar yang direkam di Solo. Senang juga bisa bertemu seorang teman yang pindah ke Solo untuk mengejar minat yang baru, meninggalkan kehidupan korporat yang membosankan dan berkarya untuk sesuatu yang lebih seru.
Saat tulisan ini dipost, rombongan berada di Malang. Sedang menikmati hari libur. (pelukislangit)