Bintang Tujuh untuk Rock Bergema (A Story Behind the Rock Anthem)

Saya baru saja menonton Rock Bergema (A Story Behind the Rock Anthem). Film dokumenter ini, bercerita tentang Roxx, band rock legendaris Indonesia di awal kemunculannya. Durasinya hanya dua puluh lima menit.

Saya mendapatkannya dengan membeli Majalah Hai edisi terbaru. Majalah Hai adalah majalah anak muda yang selalu ada di garis depan untuk urusan anak muda. Dalam beberapa peran, saya punya keterhubungan yang dalam dengan majalah ini.

DVD film ini dibagikan gratis sebagai bonus majalah, bersisian dengan film yang ‘garing’ untuk saya tentang album terbaru band rock asal Jogjakarta, Endank Soekamti.

Membeli Majalah Hai edisi terbaru ini, sejatinya jadi pengalaman pertama saya dalam beberapa tahun terakhir. Sudah terlalu lama saya tidak membeli Majalah Hai, karena memang secara nyata majalah ini sudah tidak bisa lagi memfasilitasi kebutuhan pribadi saya. Bukan karena isinya tidak bagus, hanya saja saya sudah keluar dari segmentasi mereka.

Film Rock Bergema (A Story Behind the Rock Anthem) sendiri adalah film yang sangat menarik. Film ini adalah sebuah genangan kenangan yang begitu indah untuk dinikmati. Ada banyak eksponen rock yang berkontribusi di sini.

Yang paling menarik sebenarnya adalah mengawali ceritanya dengan kontroversi antara Riri Riza dan Abdee Negara, gitaris Slank. Bisa disimak di sini:

http://www.salingsilang.com/baca/kisruh-komentar-slank-cemen-di-video-dokumenter-roxx-

Film ini terpromosikan secara viral lewat kontroversi; Abdee Negara menganggap bahwa komentar Riri Riza tidak pada tempatnya. Lewat serangkaian proses, akhir masalah ini tidak keren menurut saya; satu sama lain terjebak pada proses penuh respek ala duet tipikal di panggung televisi di mana di bagian akhir kolaborasi satu sama lain menyebutkan nama lawan kolaborasinya.

Padahal, seharusnya permasalahan dibawa ke ranah yang lebih ideal. Bagaimana? Tonton dulu filmnya lengkap dan kemudian imaji yang bisa direkam niscaya akan lebih komplit.

Saya sudah menontonnya. Dan rasanya, tidak tepat kalau Abdee Negara merasa tersinggung. Secara kontekstual, film itu bilang bahwa Roxx di dalam masa jayanya, itu luar biasa mengacak-ngacak industri musik dan terlihat lebih dari Slank di masa itu.

Frase ‘di masa itu’ memberikan sebuah pemahaman jelas bahwa parameter mengukurnya adalah keadaan saat itu di mana Roxx adalah nama yang sudah lebih dulu berkibar sementara Slank adalah pemain pendatang baru yang masih belum jadi apa-apa. Periodenya tahun 90an awal.

Abdee Negara menurut saya terlalu sensitif. Tentu saja, kedatangannya ke dalam formasi Slank yang sekarang ini sama sekali jauh dari  pengertian kata cemen. Buat saya, Slank adalah band rock lokal paling besar untuk generasi saya. Sepanjang masa.

Tidak perlu meragukan Slank sama sekali. Karena memang tidak ada yang perlu diragukan dalam tubuh Slank. Dia ada di kapal besar yang akan melibas siapapun yang akan menghalangi.

Abdee Negara datang di periode Slank merilis album Tujuh, kalau tidak salah tahun 1997. Saat itu, Slank ada di dalam prahara besar di mana tiga nama trengginas di dalam formasi album 1-5 pergi (atau dibuat pergi) dan mereka sedang menata ulang kerajaan yang rusak sedikit.

Sementara yang dibahas di film itu adalah periode awal di mana Abdee Negara tidak ada di dalam Slank. Tidak nyambung untuk menjadi sensitif terhadap komentar Riri Riza.

Roxx sendiri di jamannya adalah revolusi musik. Ini juga diamini oleh dua orang mantan personil Slank album 1-5, Parlin Burman dan Indra Qadarsih.

Selain dua orang ini, ada sederet nama lain lagi yang menceritakan revolusi musik rock Indonesia yang diusung Roxx di awal kemunculannya. Selain tentunya menceritakan asal-usul nan membosankan sebuah band. Umm, membosankan karena terlalu tipikal dan bisa ditemukan di banyak film dokumenter musik tentang sebuah band.

Film ini adalah sebuah pelajaran penting untuk kamu yang akan memutuskan untuk menyerahkan jiwa pada rock n’ roll. Kisah Roxx adalah sebuah kisah pemberontakkan sederhana yang sudah teruji ruang dan waktu untuk kemudian diakui sebagai sebuah fenomena sejarah yang bagus.

Komentar-komentar hari ini dari personil Roxx rasanya sedikit klasik, apalagi kalau dilihat secara visual bertemankan kerutan wajah di wajah mereka. Ketika misalnya, mereka memuja permainan ajaib Arry Yanuar, drummer asli mereka yang sudah meninggal dunia, terasa bahwa memang konfirmasi kehebatan yang bersangkutan.

Intro legendaris Rock Bergema memang ikonik. Ini disetujui oleh banyak orang yang dijadikan narasumber dokumenter ini. Terdengar sederhana, tapi tidak sederhana sesungguhnya.

Generasi 90an meletakkan fondasi yang signifikan untuk peta musik rock Indonesia. Sumbangsihnya besar untuk berbagai macam keajaiban yang terus menerus bisa dijaga kehadirannya oleh musik rock.

Dan yang makin menarik menemukan bahwa kabar bagus tentang kehadiran Roxx di peta musik Indonesia ini disebarluaskan oleh Majalah Hai, yang juga agen anak muda paling canggih yang dimiliki negara ini.

Semoga pasar musiknya Majalah Hai bisa setidaknya mengetahui Roxx dan karya-karyanya yang tidak akan lekang dimakan waktu. Film dokumenter ini sangat direkomendasikan. Silakan cari Majalah Hai edisi terbaru atau siap-siap menyesal kalau ia sudah hilang dari pasaran. (pelukislangit)

 

3 November 2012/ Reading Room, Jakarta/ 18.16 WIB/ Disclaimer: Saya adalah penggemar Slank. Kalau ngadat, ayo adu pengetahuan tentang Slank.

Advertisement

Published by Felix Dass

I'm searching for my future, my bright future.

8 thoughts on “Bintang Tujuh untuk Rock Bergema (A Story Behind the Rock Anthem)

  1. Saya udah beli majalahnya, udah nonton film nya dan… Luar biasa!! Saya jadi teringat zaman abang dan om saya waktu masih bujangan yang hobi nya ngoleksi kaset. He3x…

    Saya setuju dengan anda, karena pada masa itu rangking Slank dalam peta musik Indonesia memang masih dibawah, Slankers pada masa itu mungkin jumlahnya pun masih dibawah 500 orang. Nah kalau perbandingannya Slank yg sekasang jelas tidak pantas Slank dibilang cemen. Karena sekarang Slank berada dipuncak papan atas musik indonesia dan jumlah Slankers udah jutaan

    1. Nah, masalahnya pembandingnya adalah Slank waktu itu. Coba deh tonton filmnya. Jelas-jelas Riri Riza membandingkan Slank waktu itu dengan Roxx waktu itu. Nggak ada urusan sama masa sekarang. 🙂

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: