Robohnya Toko CD Kami

Obituari untuk Aquarius Mahakam

Aquarius Mahakam (16)

Jakarta berduka. Satu simbol kota ini roboh dihajar waktu. Aquarius Mahakam, salah satu toko cd tertua di Jakarta menutup bisnis mereka. Kenangan, dengan sendirinya, juga ikut dikubur dalam-dalam.

31 Desember 2013 jadi hari bersejarah ketika untuk terakhir kalinya toko ini bernapas dengan sisa-sisa tenaga. Seluruh barang diberi label sale dan semuanya harus terjual habis. Sebagai retail, Aquarius Mahakam kehabisan energi.

Bisnis musik, memang terjun bebas beberapa tahun terakhir. Orang kebanyakan tidak lagi percaya pada bentuk fisik ketika file-file digital berkuasa. Sleeve dan cerita yang menarik di balik penggarapan sebuah album, jadi omong kosong kalau dibandingkan dengan upaya keras membuat bisnis tetap berputar. Hal yang seksi untuk segelintir orang –tenyata memang hanya segelintir— ternyata tidak membuat uang datang dan napas menjadi semakin panjang.

Aquarius Mahakam (19)

Aquarius Mahakam (20)

Aquarius Mahakam memang tidak lagi kompetitif beberapa tahun belakangan. Ada di kawasan berpajak tinggi dan ongkos perawatan yang mahal membuat beban biaya operasional jadi lebih besar. Sementara, rantai supply dan demand tidak berjalan sesuai dengan keinginan.

Ketika mereka akhirnya mati, ada satu hal yang secara personal saya sesali: Kenangan.

Aquarius Mahakam (6)

Saya, seperti layaknya banyak pencinta musik yang tinggal di Jakarta, pernah menjadikan toko cd ini sebagai tempat berziarah. Minimal, sebulan sekali, saya berkunjung ke tempat ini. Ketika kemudian beberapa tahun lalu kerja di kawasan yang sama, saya malah seminggu dua kali mampir ke sana. Menu makan siang, kadang diisi dengan kunjungan ke tempat ini.

Itu membuat saya kenal muka dengan sejumlah orang yang kerja dan tumbuh tua bersama tempat ini. Itu juga yang memprovokasi airmata saya untuk keluar selepas melakukan kunjungan terakhir ke sana tanggal 30 Desember 2013 yang lalu, sehari sebelum ia mati.

Aquarius Mahakam (17)

“Yah, bos, mau gimana lagi? Sudah harus tutup kata manajemen. Kita kan hanya kerja di sini,” ujar seorang laki-laki paruh baya yang sangat familiar.

“Elo pake tutup sih,” timpal saya setengah bercanda.

“Maaf deh, nggak bisa lebih lama lagi. Kalau ada salah, saya dan teman-teman minta maaf ya,” balasnya. Ini yang bikin sedih.

Di tengah keterpurukan, mereka masih bisa menempatkan pelanggan sebagai pihak yang paling kehilangan. Padahal, orang-orang di toko ini sudah pasti jadi orang yang paling merugi. Kalau orang-orang seperti saya sifatnya hanya mencari hiburan dengan datang ke toko ini, mereka mencari makan. Ada banyak nyawa yang digantungkan nasibnya di dalam bisnis ini. Dan ketika harus mati, sudah barang tentu ada banyak yang lebih terluka ketimbang pelanggan lama seperti saya. Pakai bonus minta maaf lagi si bapak ini.

Luar biasa.

Dua orang perempuan yang biasa beraksi di balik kasir juga tidak kalah sedihnya. Dulu, saya selalu mengejek mesin EDC ATM BCA mereka yang usang.

Aquarius Mahakam (1)

“Mas, kalau kita ada kurang berkesan, maaf ya. Nggak tahu mau ngapain abis ini,” kata salah satu dari mereka.

“Foto dong untuk terakhir kali,” goda saya.

“Ah, nggak usahlah. Kita hilang kerjaan nih. Belum tahu mau ngapain lagi. Malu. Udahlah, jangan diinget-inget lagi,” kata mereka. Wah, ini jadi serius.

Sehabis berinteraksi dengan mereka, saya seperti anak hilang, bolak-balik melihat apa yang bisa dilihat untuk terakhir kalinya. Beberapa orang lain, masih sibuk memberesi sekaligus memindahkan cd yang masih tersisa ke sebuah rak yang lebih kecil.

“Supaya lebih fokus belinya. Udah tinggal dikit soalnya,” kata pegawai lain yang saya tanya dengan penuh basa-basi kenapa cd-cd itu harus dipindahkan.

Diskon 70% di dua hari terakhir mereka, masih memberikan saya deal yang bagus. Pembelian terakhir itu, rasanya jadi kontribusi terakhir yang sangat penting untuk mereka. Hasil penjualan itu, bisa jadi adalah tambahan untuk hitungan akhir kompensasi yang harus dibayar perusahaan untuk masing-masing pegawai yang akan segera kehilangan pekerjaan itu.

Aquarius Mahakam (18)

Saya kemudian, sibuk mengambil gambar. Rak-rak kosong ada dalam rekaman. Sudut-sudut penting di mana saya memburu rekaman yang pernah jadi terkini atau menjawab rasa penasaran, kini jadi sudut kosong tanpa penghuni. Tidak lagi punya nyawa.

Saya memandang ke sudut kosong yang sudah dihalangi tali di bagian kaset. Di tempat itu, saya membeli kaset Puppen MKII sekitar tahun 1997. Album itu, mengubah masa remaja saya, Aquarius Mahakam mengambil peran penting.

Atau juga, saya ingat sejumlah titik di mana hobi saya bercerita tentang musik dikonsumsi oleh sejumlah perempuan yang pernah saya ajak kencan dan mengunjungi toko musik ini. Memori-memori itu jalan seliweran.

Aquarius Mahakam (14)

Aquarius Mahakam (15)

Dulu, ketika Aquarius Pondok Indah tutup, saya tidak segini berdukanya. Maklum, tidak banyak kenangan yang dijalin. Tapi kalau Aquarius Mahakam, fiuh, saya benar-benar berantakan dibuatnya.

Tapi ya, apa sih yang bisa saya kasih secara finansial untuk menyambung asa hidup mereka? Rasanya, jaman menggilas teknologi yang masuk kategori usang. Orang-orang yang mengagungkan sisi romantis membeli musik dalam bentuk rekaman fisik seperti saya mungkin hanya perlu terus menerus mensiasati keadaan. Aquarius Mahakam pun, menutup cerita.

Terima kasih banyak atas seluruh kenangan yang pernah ada di tempat ini. Semoga nyawa toko ini, di manapun ia berada, tenang beristirahat dan bangga; karena ia pernah memberi darah kental untuk musik negara ini.

Aquarius Mahakam (21)

Satu yang pasti: Memori akan Aquarius Mahakam tidak pernah mati. Minimal di dalam diri saya. (pelukislangit)

2 Januari 2014
Kantor Dharmawangsa
16.34
Ketika Writer’s Block
Untuk Aquarius Mahakam dan seluruh isinya

Saya, terakhir kali di ruang Aquarius Mahakam:

Aquarius Mahakam (5)

Advertisement

Published by Felix Dass

I'm searching for my future, my bright future.

5 thoughts on “Robohnya Toko CD Kami

  1. Karena tempatnya “prime” mungkin lebih menguntungkan kalo dibuka “aquarius resto and bar”

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.