Bertaring dan Semakin Tajam

Review album terbaru Seringai, Taring

Di atas semua alasan, menemukan Seringai kembali mempromosikan rilisan baru sudahlah lebih dari cukup. Penantian berlangsung terlalu lama semenjak Serigala Militia dirilis tahun 2007 yang lalu.

Lima tahun kalau dikonversi menjadi satuan hitungan hari berarti sudah mendekati 2000 putaran. Tidak sebentar, tentu saja. Tapi, hari ini mereka kembali. Jadi, apapun alasan lama waktu penantian tadi sudahlah tidak penting. Toh, hari ini sudah mencatat bahwa Seringai sudah punya rilisan baru untuk publik luas. Judulnya Taring.

Taring sudah mengalami perjalanan panjang untuk sampai mampu menyimak dan menyibak indahnya kehidupan manusia. Ia punya segala macam standar produksi tinggi yang diset oleh masing-masing personil Seringai; artwork kelas dunia milik Arian13, suara riff gitar yang begitu khas ala Ricky Siahaan, celotehan realistis Edy Khemod di sleeve notes dan versi cerdas lainnya milik Sammy Bramantyo.

Keempat kepala di balik tubuh Seringai ini punya sinergi yang luar biasa liar. Masing-masing orang punya kelebihan yang saling melengkapi dan ketika mereka memainkan sihirnya, gelora energi menyeruak dengan jumlah yang dahsyat.

Taring adalah buktinya. Mendengarkannya dari detik pertama sampai detik terakhir punya impresi mendalam yang sudah barang tentu tidak mudah didapati dari band rock semenjana. Taring punya rasa spesial, bagaikan kawan lama yang datang membawa produksi baru pabrik lamanya. Kualitas teruji dan tidak perlu dipertanyakan barang sedetikpun.

Mereka paham, sepaham-pahamnya, akan apa yang mereka lakukan. Arah perjalanannya jelas dan –setelah melakukan wawancara untuk kepentingan lain— memang konsepsi yang dikandung oleh Taring ini telah melewati serangkaian proses berpikir yang matang. Lengkap pula dengan berbagai macam perdebatan internal di dalamnya.

Mendengar Taring, tanpa ragu-ragu, gugusan waktu yang begitu lama tadi seolah runtuh pergi bersama progresi kord yang luar biasa cadas sekaligus lirik bernas milik salah satu penulis lirik paling hebat di tanah ini, Arian13. –Percayalah, saya sudah berkenalan dengan tulisannya sejak tahun 1996–.

Standar tinggi yang diset itu tentu saja bisa dipertanggungjawabkan dengan mudah; album terjual bak kacang goreng di beberapa hari pertama. Edisi deluxe Taring bahkan usia ketersediaannya tidak lewat dari dua hari. Dan permintaan terus mengalir. Sekarang sudah masuk angka produksi 6000 –belum terjual habis, tapi rasanya akan—.

Menjual album rock dengan jalur distribusi tradisional model begini di jaman sekarang bukan hal mudah. Baca review di mana-mana, fakta ini sudah diulas berkali-kali. Perlu kerja keras yang spartan sekaligus komitmen tinggi untuk bisa mendapatkan hasil yang sedahsyat itu.

Dari lini materi, ada banyak eksplorasi yang dilakukan keempat personil Seringai. Kendati, sekali lagi, mereka punya pattern yang sama untuk penyusunan urutan lagu dengan Serigala Militia. Anda akan menemukan intro menyayat model Lycanthropia di lagu Canis Dirus atau nada anthemic model Mengadili Persepsi (Bermain Tuhan) atau Serigala Militia dalam sosok Taring dan juga tidak ketinggalan lagu trippy seperti Marijuanaut dalam perwujudan Gaza.

Kalau kalian mengikuti Seringai sejak karya-karya awal mereka, tentu rasa mendengarkan album ini seperti temu kangen dengan kawan lama. Seperti sudah disinggung di atas, ada banyak repetisi dan sejumlah eksplorasi baru. Tidak perlu dipertanyakanlah.

Sebaliknya, kalau kalian baru mendengarkan Seringai, cobalah untuk menggenggam sleeve albumnya di saat yang bersamaan. Supaya efek kuratorial yang muncul, misalnya, ketika melihat sebuah pameran seni ada bersama kamu. Jangan mengopi dari kawan dalam versi digital. Kenapa? Karena sesungguhnya, mendengarkan Seringai dalam kemasan yang lengkap itu akan punya kesan mendalam.

Pastikan musiknya berputar kencang lalu kemudian larik-larik lirik di sleeve albumnya masuk ke radar baca kalian. Niscaya sebuah pengalaman seru akan mampir. Paket lengkap yang –sekali lagi— bernas menanti; musik, lirik dan artwork yang memanjakan indra visual.

Intinya, ini Seringai. Dan mereka adalah tipe band favorit yang berhak dicintai sebuta-butanya. Walaupun orang menunggu lama, tapi yang dikirimkan ke hidup begitu mereka muncul lagi, sungguh sangat berkesan.

Buat saya pribadi, Taring memperpanjang alasan logis untuk menjadikan Seringai band dengan memorabilia paling banyak dalam hidup saya. (pelukislangit)

 
*) Sebagian besar bagian review ini ditulis 14 Juli 2012 di dalam pesawat Jakarta – Kota Kinabalu dengan menggunakan iPhone. Ini membuat review album ini menjadi yang pertama yang ditulis dengan menggunakan telepon genggam. Dilanjutkan 29 Juli 2012 di rumah Kalibata. Ini merupakan adegan pelengkap tulisan profil Seringai yang sedang saya kerjakan untuk The Jakarta Post. Foto diambil dari sesi foto untuk artikel tersebut.

Advertisement

Published by Felix Dass

I'm searching for my future, my bright future.

One thought on “Bertaring dan Semakin Tajam

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: