Disclaimer: Tulisan ini tidak bermaksud untuk menyerang band yang tampil. Hanya protes terbuka pada penyelenggara pertunjukan.
Protes ini ditujukan pada penyelenggara A Night at Schouwburg yang menampilkan Kelompok Penerbang Roket di Gedung Kesenian Jakarta pada 17 Desember 2017 mendatang. Ada persoalan besar untuk saya pribadi sebagai penggemar Kelompok Penerbang Roket yang punya keresahan tentang bagaimana penyelenggara pertunjukan ini memperlakukan penggemar yang telah membeli tiket.
Ceritanya, begini.
Tanggal 25 November 2017, pagi hari, saya mendapat informasi lewat Facebook bahwa tiket untuk pertunjukan ini sudah bisa dibeli di Blibli.com.
Beberapa hari sebelumnya, informasi sudah beredar. Waktu itu, belum ada harga tiket dan detail lebih lanjut, hanya keterangan tentang kapan acara dilangsungkan. Dan di pagi 25 November itu, semua informasi dirilis via kanal-kanal sosial media.
Harga tiket ada tiga jenis dengan penjelasan sebagai berikut:
Paket Penerbang Roket
Rp.1.200.000,00
Dapat tiket konser
Dapat piringan hitam album konser
Dapat cd album konser
Dapat kaos long sleeve dengan nama custom
Paket Pencarter Roket 1
Rp.850.000,00
Dapat tiket konser
Dapat piringan hitam album konser
Dapat kaos short sleeve dengan nama custom
Paket Percarter Roket 2
Rp.500.000,00
Dapat tiket konser
Dapat cd album konser
Untuk ukuran sebuah pertunjukan musik, harganya tidak main-main. Tapi karena merupakan seorang penggemar, plus acaranya khusus, ya masuk akal untuk dibelalah. Tiket dijual via Blibli.com yang menyediakan fasilitas pembelian dengan kartu kredit. Saya akhirnya memilih Paket Pencarter Roket 1. Kenapa?
Pertama, bisa dicicil. Sampai dua belas bulan dengan bunga 0%. Karena harganya cukup mahal, ya perlu diakali. Dengan cicilan, rasanya jadi tidak berat. Seperti saya bilang tadi, masih bisa diusahakan.
Kedua, ketika merilis informasi pertunjukan, penyelenggara tidak menyediakan informasi denah duduk untuk pertunjukan nanti. Saya cukup trauma dengan penyelenggaraan pertunjukan sebuah band besar beberapa waktu yang lalu, karena waktu itu pengaturan posisi duduk penonton berantakan. Jadi, saya ambil yang tengah-tengah. Dengan perhitungan bahwa nonton di Gedung Kesenian Jakarta itu adalah pengalaman spesial untuk penonton dimana posisi menentukan kenikmatan menonton.
Dengan memilih kursi kelas tengah, kemungkinannya seimbang; tidak dapat paling jelek dan tidak dapat paling bagus. Jadi, masih aman statusnya. Kebetulan, saya punya posisi favorit di gedung itu dan posisi tersebut bukanlah posisi paling prima.
Ok, tanpa tahu posisi nontonnya di mana, saya membeli tiket itu dengan fasilitas cicilan kartu kredit. Saya gerak cepat karena tidak ingin kehabisan. Plus, saya juga ingin mendukung penyelenggara ini karena idenya bagus.
Transaksi saya selesaikan sore hari dan semuanya berlangsung dengan normal. Tapi siang hari, saya sempat mengirimkan pesan ke salah satu anggota penyelenggara yang kebetulan memang teman. Saya mengkritik sistem kursi mereka yang tidak transparan.
Seolah tidak ada apa-apa dalam beberapa hari setelah pembelian, masalah mulai muncul 28 November 2017. Blibli.com memberikan diskon 15% untuk pembelian tiket karena berkaitan dengan program promosi mereka.
Saya protes pada teman saya yang tadi sudah dikritik itu. Tiga hari yang lalu saya beli dengan harga Rp.850.000,00. Lalu tiga hari kemudian didiskon jadi Rp.722.500,00.
Ball one, kalau main baseball. Salah apa saya? Mau dukung penyelenggara dengan beli cepat-cepat, eh harganya tiba-tiba diturunkan oleh penjual tiketnya.
Ball two juga terjadi di hari yang sama. Denah tempat duduk dirilis. Dan hasilnya di luar dugaan. Kursi terbaik di Gedung Kesenian Jakarta diberikan pada paket paling murah. Lihat detailnya di bawah ini.
Tiket paling mahal diletakkan di posisi paling dekat dengan panggung. Siapapun yang pernah nonton pertunjukan di GKJ biasanya tahu, posisi paling baik adalah di barisan tengah, tidak terlalu ke depan dan tidak terlalu ke belakang. Di bagian yang ada belahannya itu, secara bercanda, dikenal luas sebagai barisan Jokowi. Dalam konteks sekarang tentu saja jadi relevan karena memang itu kursi pejabat. Dan biasanya, kursi pejabat adalah kursi paling baik di sebuah gedung pertunjukan milik negara.
Sistem klaim kursipun ternyata ribet. Ditambah ada proses pengumpulan ukuran kaos dan alamat kirim rekaman ketika jadi nanti.
Pembeli tiket diminta untuk mengirimkan email berisi alamat dan ukuran baju serta nama yang diinginkan untuk dicetak di dalam kaos. Bayangkan, ada dua ratus orang saja melakukan proses itu. Ribet kan? Permintaan mengirimkan email itu sampai dilakukan dua set; pertama tidak mencantumkan nomor identitas, yang kedua mencantumkan identitas.
Ball tiga terjadi beberapa hari kemudian. Tiba-tiba, saya punya agenda yang tidak bisa dihindari di kota lain. Saya tidak bisa menghadiri pertunjukan. Saya kemudian mengontak Blibli.com via fasilitas chat mereka untuk menanyakan apakah tiket bisa dipindahtangankan pada adik saya yang juga menggemari Kelompok Penerbang Roket.
Jawabannya tidak bisa. Patah hati. Bingung. Di tanda terima pembelian harus membawa bukti asli identitas pemilik akun. Sementara di halaman penjualan di situs, ditulis bisa diklaim selama membawa copy identitas pemilik akun. Jadi, mana yang benar? Copy identitas bermasalah? Atau harus bawa yang asli?
Tapi ya bisa apa? Akhirnya saya berusaha berdamai dengan diri sendiri meski ada fakta yang membuat saya gagal menyaksikan pertunjukan ini. Minimal bisa mendengarkan hasilnya lewat piringan hitam yang sudah masuk paket itu.
Lalu, harbolnas datang. Hari ini –ketika tulisan ini mulai ditulis—, 12 Desember 2017, keluar promo tiket Paket Pencarter Roket 2 seharga Rp.150.000,00. Katanya, diskon khusus harbolnas. Paket itu spesifikasinya hanya akses untuk nonton pertunjukan. Tidak termasuk cd seperti harga normal.
Meledak dalam artian emosi. Ini ball empat yang artinya bola mati dan tidak bisa ditolerir lagi. Kalau memang sudah tahu sedari awal ada pilihan harga tiket khusus untuk nonton pertunjukan tanpa dapat rekaman atau kaos, bisa jadi saya akan membelinya. Kenapa?
Pertama, karena murah. Jadi, tidak perlu mencicil. Kaos dan CD atau piringan hitam, bisa belakangan. Peristiwa pertunjukan lebih penting untuk saya. Toh, kalau ada pilihan ini, dengan hanya membeli tiket, saya juga masih bisa setia dengan ide untuk mendukung penyelenggara pertunjukan dan band yang saya sukai.
Kedua, karena kursinya bagus. Ini dengan asumsi sudah melihat denah penomoran kursi, sesuatu yang tidak saya dapatkan ketika membeli tiket.
Ketika mengkonfrontasi ini pada teman yang penyelenggara itu, ia meminta saya untuk berpikir positif bahwa diskon harbolnas ini untuk memfasilitasi penggemar Kelompok Penerbang Roket yang kurang mampu. Dengan tiket harga diskon ini, mereka terbantu.
Saya membalas, “Kalau memang mau memfasilitasi orang, ya jangan jual tiket harga semahal itu dong. Saya kalau tahu ada tiket harga murah, plus tahu kalau itu bisa nonton di kursi Jokowi, ya saya akan beli tiket itu.”
Saya menginformasikan bahwa saya juga menggunakan fasilitas cicilan 0% dari Blibli.com untuk membeli membeli tiket pertunjukan yang ia selenggarakan. Itu indikator paling jelas bahwa tiketnya mahal. Ketika ada fasilitas cicilan yang membuat orang tidak membayar sekaligus, ya sudah pasti diambil.
Dalam kasus ini, saya bukan orang yang punya budget untuk membeli tiket pertunjukan yang tiba-tiba diumumkan dengan harga yang cukup mahal semudah membalikan telapak tangan. Ada penghargaan dan dukungan yang coba diarahkan pada ide bagus mereka membuat pertunjukan di gedung-gedung pertunjukan milik negara.
Untuk saya pribadi, akhirnya jadi persoalan jadi perlu digugat. Menurut saya: penyelenggara tidak berpihak pada penggemar. Pertunjukan belum dimulai, saya sudah diombang-ambingkan serangkaian fakta:
1. Harga tiket mahal
2. Harga tiket yang berubah menjadi lebih murah karena ada program diskon Blibli.com
3. Fakta bahwa jadwal bentrok, tiket belum jelas bisa pindah tangan atau tidak
4. Harga tiket diobral karena ada penawaran spesial Harbolnas di Blibli.com
Pikiran saya sih langsung arahnya jelas: Ini penyelenggara bisa jadi tidak paham rasanya menjadi penggemar yang ingin menonton pertunjukan band. Agak berseberangan dengan beberapa publikasi yang mengklaim bahwa bahwa seri ini ditujukan untuk menyebarluaskan karya bagus. Tapi, karya bagus, tidak pernah bisa jadi sempurna bagusnya kalau tidak ada campur tangan penggemar. Yang menonton siapa kalau tidak ada penggemar?
Lengkapnya begini:
Dalam kejadian yang saya alami, penyelenggara dengan berbagai macam ide mulianya, melupakan sebuah hal mendasar: Bahwa penggemar selalu menjadi tulang punggung aktivitas bermusik.
Penggemar adalah target operasi yang punya kemampuan mengusahakan banyak cara untuk mendukung band yang disukai. Berkilah bahwa penyelenggara hanya mengikuti kebijakan Blibli.com dengan dua kali memberikan diskon spesial, merupakan sebuah keputusan yang menunjukan bahwa mereka sama sekali tidak berpihak pada penggemar. Lawan saja kebijakannya, bisa kok pasti.
Itu pelanggaran besar. Bagaimana mau mengamalkan ide mulia itu? Wong bagian dasar saja tidak bisa dikelola dengan baik.
Sponsor bisa datang dan pergi. Kalau kebijakan korporat mereka berubah, besok mereka juga bisa tidak peduli lagi dengan apa yang dilakukan. Penggemar? Mau Kelompok Penerbang Roket menghasilkan album jelek dua puluh tahun dari sekarang, bisa jadi tetap digemari. Bisa jadi juga, pertunjukan-pertunjukannya tetap diberi perhatian dan disambangi.
Ini pelajaran penting, bahwa masih banyak pelaku industri yang tidak paham dengan baik bahwa penggemar adalah darah yang mengaliri seluruh hasrat mereka untuk berkarya. Saya protes, karena penyelenggara tidak sensitif dan peduli pada mereka yang sudah mau berusaha untuk menyaksikan pertunjukan ini.
Lalu, apa yang saya mau?
Kita main saja dengan tata cara yang wajar; bisnis jangan gitu-gitu amatlah. Jangan main-main dengan harga tiket. Yang fair-fair saja. Bagaimanapun juga scene independen ini dibangun oleh kepercayaan kan?
Masa depan ada untuk diperbaiki. Walaupun akan berpikir ulang ketika membeli tiket pertunjukan si penyelenggara ini di masa depan, mungkin akan ada kesempatan mereka untuk mampir lagi ke dalam hidup saya sebagai penggemar.
Titip pesan: Sponsor itu partner, bukan atasan. Mau tahu mana atasan sebenarnya? Penggemar. (pelukislangit)