Mengisi Minggu dengan kegiatan-kegiatan yang relatif baru lumayan menyenangkan. Kesempatan untuk bertemu dengan orang-orang baru juga merupakan hal yang sulit untuk dilewatkan.
Hari Minggu ini (10/5), Kitty Manu, teman lama saya dari era Kolese Gonzaga, mengajak untuk pergi ke Rumpin, sebuah distrik yang masuk wilayah Kabupaten Bogor. Well, letaknya sih lebih dekat ke Kabupaten Tangerang ketimbang Kabupaten Bogor, tapi okelah anggap saja itu Kabupaten Bogor.
Kalau di peta, agak bingung juga memetakannya di mana. Karena baru sekali pergi ke sana. Perjalanan ke sana bisa dilakukan dengan menggunakan Commuter Line jurusan Tanah Abang – Maja/ Parung Panjang. Lokasi turunnya satu stasiun setelah Stasiun Serpong. Dari situ, masih naik angkot sekali sampai ketemu Indomaret kedua di sebelah kanan. Begitu turun, masih harus berjalan kaki menembus komplek sekitar lima belas menit lagi.
Memang, lokasinya sedikit terpencil.
Kitty punya agenda mengajar workshop prakarya. Beberapa waktu yang lalu, ia sempat secara reguler mengajar di sini.
Biasanya, yang ia ajar adalah anak-anak. Tapi kali ini, ada beberapa orang dewasa yang ikut serta. Termasuk saya yang diceburkan ke dalam agendanya. Tema yang dipilih adalah membuat cetakan stensil. Medianya adalah totebag.
Agak aneh juga menyaksikan Kitty mengajar orang lain. Kenal sekitar lima belas tahun dengan dia pun, yang direkam kebanyakan adalah impresi jutek ketimbang manisnya. Dia bukan orang yang paling menyenangkan sedunia.
Beberapa bulan belakangan ini, kami jadi sering ngobrol karena ia sedang mempersiapkan sejumlah buku yang dibuat berdasarkan kegiatannya yang super aktif mengajar berbagai macam workshop. Kitty Manu adalah salah satu nama paling hot di scene ini. Ia telah berkolaborasi dengan sejumlah aktivis sejenis dan berkeliling banyak tempat untuk berbagi.
“Gue bukan orang yang jago,” katanya suatu kali.
Keinginan untuk membuat orang lain berpikir bahwa berprakarya itu tidak sulit, berhasil membawanya keliling dan bertemu dengan banyak orang. Kendati tidak menggunakan kemasan yang manis.
“Kak, waktu itu aku ikut kelas kakak tau di Bandung,” ujar seorang peserta workshop di Rumpin yang duduk di sebelah kiri saya.
Dia kaget. Sembari mencoba mengingat-ingat. “Oh ya? Yang mana ya?” tanyanya balik.
“Itu yang kelas stensilnya di belakang,” katanya.
“Oh, yang itu. Itu cuma bonus loh kelas stensilnya,” jawab Kitty.
Percakapan seperti itu, membuat workshop itu punya nyawa. Kendati kali ini tidak berlangsung banyak. Interaksi dua arah yang terjadi, benar-benar membuktikan bahwa energi ada di mana-mana.
Selain orang dewasa, workshop yang tadi saya ikuti itu, juga menyertakan sejumlah anak dari Desa Rumpin.
“Anak-anak ini suka jahil. Emang anak mau jadi ABG, jadi suka sulit dibilangin,” kata Kitty menjelaskan.
Ketika mereka berkarya, kejahilan yang ada di kepala mereka seolah dikonfirmasi. Hasil-hasil yang mereka miliki bukan ada di kategori jelek. Belum sebagus pekerjaan profesional, tapi jauh dari kata jelek.
Melakukan prakarya bukan sekedar pekerjaan tukang yang memindahkan ide di dalam kepala ke bentuk jadi. Di dalamnya juga ada persoalan mencari ide untuk kemudian menerjemahkannya. Di dalam konteks mencari ide ini, anak-anak itu telah menunjukan potensi besar.
Dan melihatnya langsung sangatlah menyenangkan.
Beberapa jam ada di Rumpin bersama orang-orang yang baru ditemui ini, benar-benar memberi warna untuk hari Minggu saya. Terima kasih sudah diajak ya, Kit! (pelukislangit)
Rumah Benhil
10 Mei 2015
20.56
*) Kalau tidak mengklik link di atas, Kitty bisa dicek di http://www.kittymanu.com, http://www.twitter.com/kittymanu dan http://www.instagram.com/kittymanu_
*) Yang di bawah ini, adalah hasil karya saya. Buatnya pakai mikir setelah melihat berbagai macam kemungkinan yang ada. Kata “welcome” adalah tribute personal saya untuk Kitty yang telah membuat saya melakukan sebuah prakarya.