Kedai Tjikini yang Bernyawa

“Mengapa benda mati disebut sesuatu yang mati? Terkadang mereka lebih ‘hidup’ dan lebih jujur memberikan saksi.” – Leila S. Chudori dalam Pulang.

Processed with VSCOcam with p5 preset

Dua gelas kopi menjadi teman hari ini. Yang satu kecil, yang satu besar. Yang satu panas, yang satu dingin. Yang satu hanya percobaan, yang satu menyelamatkan akhiran, karena ia merupakan yang terfavorit. Dan tempat ini, tempat ini selalu menjawab keresahan yang muncul dari sekian banyak ide-ide liar yang ada di dalam kepala.

Kedai Tjikini, 15 Juni 2014. Awalnya, saya hanya ingin mengejar sejumlah pekerjaan kantor yang memang harus diselesaikan. Jangan bertanya apalagi menggugat kenapa saya harus mengerjakan pekerjaan kantor di akhir pekan. Maaf defensif, tapi memang karakter pekerjaannya seperti itu; tidak mengenal ruang dan waktu untuk menantang diselesaikan. Pekerjaannya adalah pekerjaan menulis yang tidak pernah bisa saya tolak karena memang itu merupakan salah satu hal yang paling saya sukai di dalam hidup.

Processed with VSCOcam with g3 preset

Processed with VSCOcam with g3 preset

Tapi kemudian, kunjungan ke Kedai Tjikini tidak pernah bisa lewat begitu saja. Ruang berusia lanjut ini semacam punya energi besar yang mendorong ide-ide di dalam diri saya untuk keluar. Obrolan-obrolan dengan bermacam-macam ekspektasi mampir untuk kemudian bisa dipilah untuk berkelanjutan atau tidak. Itu kenapa saya beberapa kali bilang bahwa ini merupakan salah satu tempat terfavorit di Jakarta.

Dalam delapan hari belakangan ini saja, misalnya. Saya tiga kali datang ke sini. Hari Sabtu lalu bersama adik saya Dylan, di tengah minggu bersama adik saya yang lain, Stephanie dan sekarang ini, sendiri. Masing-masing kunjungan punya cerita, seperti biasanya.

Perbincangan dengan dua adik saya, meninggalkan kisah tersendiri. Di situ saya menemukan bahwa adik saya Dylan, punya ketertarikan pada kopi yang lumayan dalam. Lalu, pertemuan sepulang kerja dengan Stephanie, memberikan kisah seru tentang bagaimana membuka pikiran ia dan teman-temannya untuk mencoba hal baru yang mungkin belum berani dicoba sebelumnya.

Processed with VSCOcam with g3 preset

Dan hari ini, saya ngobrol banyak dengan Dharmawan Handonowarih, salah satu pemilik Kedai Tjikini. Kami berbicara tanpa rencana, tanpa janji. Jadi memang obrolan teman lama yang berjalan tanpa skenario. Topiknya mengemas sebuah pertunjukan yang intim di mana semua orang senang dan bisa pulang dengan puas.

Idenya masih lumayan utopis, tapi obrolan tadi mendorong ide lama yang sudah main-main di kepala untuk bisa dibawa ke ranah kenyataan.

Processed with VSCOcam with p5 preset

Obrolan itu terjadi tanpa antisipasi apa-apa. Tempat ini, jadinya lumayan magis. Percaya atau tidak, sudah banyak hal baik terjadi di ruangan ini untuk saya. Jadinya, saya mengundang masuk quote dari Pulang yang saya pilih di awal tulisan ini.

Processed with VSCOcam with m5 preset

Tempat ini punya nyawa dan energi yang besar. Ia memberi napas untuk ide-ide yang dikandung kepala. Makanya saya tidak pernah bosan untuk datang ke sini. Ini pemanasan, mendokumentasikan bahwa sebuah proses sedang bergulir. Semoga yang ini jadi kenyataan. Sekaligus peneguh bahwa musik tidak akan mati. Ia selalu bisa dikemas dan disajikan dengan bungkus yang manis.

Kalau kamu belum pernah ke sini, silakan dicoba. Letaknya ada di Jalan Cikini Raya nomor 17, tepat di sebelah kiri jalan beberapa puluh meter dari Kantor Pos Kalipasir. Kalau bertemu Dharmawan, pastikan juga mengajaknya ngobrol. Pasti seru. (pelukislangit)

Kedai Tjikini, 15 Juni 2014
19.09
Menjelang menyusun bahan diskusi bersama SR
Terima kasih pada DHW untuk obrolannya sore ini

Advertisement

Published by Felix Dass

I'm searching for my future, my bright future.

One thought on “Kedai Tjikini yang Bernyawa

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: