Selamat natal. Ini tahun 2013, mungkin sepanjang saya hidup 30 tahun ini, adalah yang terburuk. Ada banyak alasan untuk memberi label tahun ini sebagai yang terburuk. Itu masalah lain yang rasanya kok, lebih baik dituliskan kapan-kapan saja. Yang ini, mood tulisannya bahagia.
Alam raya ternyata membawa saya ke titik ini, ke sebuah pilihan logis yang memang harus saya pilih. Atau kalau mau berkelit dari alasan yang bisa dibuat, pilihan menghabiskan natal bersama orang-orang terkasih kali ini adalah keputusan terbaik.
Penghujung tahun 2013 menyisakan banyak agenda padat untuk saya. Yang paling penting adalah urusan pekerjaan. Dua minggu terakhir, rasanya hanya tanggal 25 Desember 2013 inilah saya punya waktu luang untuk tidak berpikir memalingkan diri ke email di ponsel. Pekerjaan saya sedang sangat menantang, sekaligus menyita banyak waktu.
Kembali ke natal. Rasanya, sudah beberapa tahun saya tidak melibatkan diri untuk mengikuti perayaan natal bersama orang-orang terdekat saya. Keluarga saya itu, spesial. Sama seperti bagaimana seseorang memperlakukan keluarga mereka secara personal. Juga tidak boleh dilupakan, kami semua hidup dengan drama yang membuat segala sesuatunya tidak biasa.
Orang-orang yang ada dalam konstruksi keluarga ini menurut saya adalah yang terbaik. Alasannya sederhana, mereka selalu bisa menerima saya apa adanya; ketika baik dibilang baik, ketika brengsek ya dibilang brengsek. Tanpa pernah ditinggalkan atau meninggalkan.
Beberapa tahun terakhir ini, saya tidak menghabiskan masa natal bersama mereka. Ada saja alasannya untuk mangkir dari rumah. Tapi, untuk menutup tahun yang buruk ini, bisa jadi keputusan untuk diam di kota tercinta dan membagi waktu bersama mereka jadi yang terbaik.
Kalau bicara ritual, keluarga saya standar; pergi ke gereja, makan bersama, haha-hihi, catching up isu terbaru dan tukar kado. Yang tidak standar, saya punya dua rumah; satu milik ibu, satu milik ayah. Jadi, ada dua agenda yang harus dijalani. Dan itu, membuat segala sesuatunya lebih menarik.
Malam natal kemarin, dihabiskan bersama ibu tercinta di Depok Timur. Ibu dan adik saya jadi petugas di misa malam natal. Itu membuat saya harus mencari duduk sendiri di dalam gereja yang sudah jadi rumah spiritual saja sejak lahir itu.
Yang lucu, tiba-tiba banyak sekali kenangan bersliweran. Termasuk ketika melihat seorang teman lama yang kali ini datang dengan suami dan anaknya yang baru berusia beberapa bulan. Memori dibawa kembali ke masa kami berdua kecil di mana saya dan dia mengikuti misa malam natal yang masih berlangsung tengah malam dan keluarga kami bercengkerama dengan erat. Mungkin dia gadis kecil paling cantik malam itu. Haha.
Tapi sekarang? Sudah jadi ibu-ibu. Haha.
Lalu, ada juga kenangan ketika saya harus duduk bersama salah seorang tante kesayangan yang latah. Setiap kali pastor berkata apa, pastilah dia akan mengikutinya. Misa tahun itu, jadi salah satu yang paling diingat karena sama sekali tidak ada kesyahduan yang biasanya dihadirkan oleh malam natal. Sepanjang waktu, kami berusaha keras menahan tawa.
Saya duduk sendiri. Untung yang bertugas adalah wilayah tempat rumah ibu saya berada. Jadi, ada banyak kenalan yang seliweran di sekitar. Ada yang bisa disapa, maksudnya.
Ritual selepas misa, lebih hangat rasanya. Bertemu dengan banyak teman si ibu yang kaget kenapa saya bisa memelihara rambut panjang saya dan dari hari ke hari makin punya tampang yang menurut mereka menyeramkan. Padahal sih, tidak juga.
Karena bertugas, si ibu harus mengikuti seluruh misa di dalam rangkaian natal ini. Jadi, dia juga pergi ke misa pagi dan misa sore di tanggal 25 Desember 2013. Dia, seperti biasa, selalu mengajak.
“Yuks, ikut mama ke gereja? Mau?”
Sepanjang dua hari, kalimat itu setidaknya meluncur tiga kali. Dalam kamus hubungan kami, itu masuk kategori pertanyaan retoris, yang sudah ketahuan jawabannya: Tidak. Dalam cerita bersama si ibu ini, ada satu prinsip dasar yang berhasil terbukti keabsahannya: Ada bersama orang-orang yang tepat memang menghadirkan kehangatan. Tidak penting tempatnya ada di mana.
Nah, di hari natalnya, saya bertandang ke rumah si ayah. Tempat tulisan ini dibuat. Rumahnya terletak di Cibinong, Kabupaten Bogor. Saya, si anak yang setengah hilang ini, sudah lebih dari delapan belas bulan tidak berkunjung ke rumah ini. Ada banyak hal berubah. Tapi, detail-detail kecil masih terjaga dengan baik di sini.
Ibu saya yang satu lagi, biasanya akan melakukan open house dan mengundang sejumlah saudara jauhnya. Maklum, si nenek yang juga ibunya, tinggal berdekatan dengan dia. Jadi, memang sekalian dijadikan acara makan-makan keluarga.
Nah, ketika ayah saya ulang tahun tanggal 15 Desember 2013 kemarin, saya mengkonfirmasi bahwa natal kali ini akan pulang. Tadi sore, saya datang ke rumah ini.
Ibu saya yang satu lagi itu, menyambut dengan kejutan yang sangat manis: Siomay! Ia sangat paham bahwa Siomay adalah makanan favorit saya dan ia menyiapkannya sebagai salah satu menu khusus yang disajikan tahun ini. Lengkap dengan stok yang banyak. Ketika tulisan ini diselesaikan, saya sudah kelar menyantap sekitar 25-30 potong Siomay.
Selain itu, ada beberapa wajah lama yang sudah lumayan bikin kangen. Beberapa saudara jauh yang memang sering wara-wiri di kehidupan lama saya atau sejumlah teman dekat keluarga yang sudah ada sejak saya kecil.
Orang-orang ini membawa kehangatan tersendiri di samping memang kalau open house seperti ini, ayah saya memang membawa alat penunjang kehangatannya sendiri. Karena anak-anaknya sudah besar semua, jadi ia mengijinkan kami dengan terbuka untuk minum di dalam rumah. Si ibu, tentu saja senewen, tapi toh semuanya ada di dalam kontrol ketat.
Minuman keras, jadi menu keluarga ini sekarang.
Kehangatan, rasanya adalah kata paling berharga di natal kali ini. Hal itu, tidak mampir sering dalam kehidupan saya beberapa tahun terakhir. Saya disadarkan bahwa saya harus meluangkan waktu lebih sering untuk pulang ke kedua rumah ini. Bahwa di sana juga berdiri orang-orang yang saya sayangi dan mampu menjadi tempat berpaling ketika serangkaian masalah mendera.
Saya bahagia. Natal ini begitu berarti. (pelukislangit)
Rumah Cibinong
26 Desember 2013
00.35
Selamat ulang tahun, Stephanie Dass!
Ini merupakan tulisan pertama yang dihasilkan di rumah ini dalam beberapa tahun terakhir.