Indonesia Juara

Indonesia (39) (Large)

Indonesia juara. Akhirnya. Penantian 22 tahun itu berakhir; di semua level kompetisi, puasa gelar itu sudah berakhir. Ada banyak percobaan untuk sampai di tahap ini, semuanya gagal sampai malam ini kemenangan jadi punya bangsa ini.

Sekali lagi, saya dibuat menangis oleh sepakbola. Yang kali ini tangisan bahagia. Terakhir kali, Indonesia membuat saya menangis ketika kena bantai 10-0 oleh Bahrain. Waktu itu, ada beberapa sisi emosi yang muncul, utamanya adalah kecewa dan marah. Sekarang? Ini versi bahagianya.

Indonesia (28) (Large)

Tadi, saya mengawali pertandingan dengan harapan besar, seperti biasa. Vietnam yang dihadapi anak-anak muda Indonesia U-19 ini memang berhasil mengalahkan tim kita di babak penyisihan. Seperti lazimnya potongan hidup, final selalu punya cerita beda. Semangat sekaligus harapan bertubi-tubi untuk mengangkat piala yang sudah dipajang di depan mata membuat segala macam akal sehat minggir teratur.

Yang akan jadi pemenang bukan hanya saja kumpulan usaha fisik, tapi mental juga ikut bermain. Tulisan ini tidak akan memberikan banyak analisa tentang pertandingannya, tapi rasanya saya perlu mendokumentasikan malam itu. Malam di mana saya dan puluhan juta rakyat Indonesia lainnya bersyukur bahwa penantian itu menemui ajalnya untuk berakhir.

Ketika banyak orang mengelu-elukan pemain yang bersimbah peluh di lapangan, ada satu sosok penting yang juga harus masuk radar orang banyak: pelatih Indra Sjafri. Buat saya, ialah pahlawan sesungguhnya.

Yang dibentuk oleh Indra Sjafri adalah mental bertanding. Ada banyak beda signifikan di dada anak-anak Indonesia yang bermain di sepanjang kejuaraan ini. Saya, jujur saja, baru ikut menyaksikan mereka secara intensif di kejuaraan ini. Tapi dari apa yang ditampilkan, kerja pelatih bukanlah kisah seribu satu malam yang mengubah hal secara drastis.

Indonesia (32) (Large)

Indonesia U-19 yang bermain di Piala AFF ini punya karakter dan kemampuan fisik yang sangat kuat. Mereka dilatih untuk punya nyali bermain dan menomorseribukan emosi. Ketenangan jadi panglima dan memainkan bola dalam lapangan yang seolah kecil dan dekat menjadi menu dasar. Keberanian untuk memainkan bola-bola pendek dengan kecepatan yang lumayan tinggi adalah pilihan hebat yang sanggup dimainkan oleh kolektivitas tulus masing-masing orang di tim ini.

Gaya main seperti ini, tentu saja perlu fisik yang baik. Apalagi ditambah dengan jeda pertandingan yang hanya satu hari. Pekerjaan yang dihadapi, tidaklah mudah.

Indonesia (34) (Large)

Indra Sjafri juga mengedepankan pembinaan daripada sekedar cara meraih prestasi. Yang ia bangun adalah sebuah tim yang mau bekerja kolektif. Lihat bagaimana sampai final, hanya ada satu-dua aksi pemain bodoh seperti nomor 11 yang kerjanya diving dan kebanyakan giring bola. Atau betapa nurutnya mereka sama wasit; sesuatu yang jarang terjadi di tim Indonesia.

Anak-anak ini adalah hasil pembinaan yang kemudian setelah cukup ajeg, diberikan pengetahuan taktik dan diimbuhi semangat. Dan hasilnya sudah terukir dengan baik, mereka bisa mengubah sejarah.

Mental adalah kekuatan utama menurut saya. Sudah sering saya menemukan diri di mana adu penalti menjadi menu pamungkas perjalanan satu versi tim nasional Indonesia. Terakhir adalah kisah tragis tim Indonesia U-16 yang keok di adu penalti setelah disamakan di menit ke-94 oleh Malaysia.

Ketika malam itu Evan Dimas gagal mengeksekusi penalti, ingatan saya langsung memburu ke beberapa fakta busuk tentang tim nasional Indonesia; Firman Utina (kapten timnas senior), Reksa Maulana (kapten timnas U-16) dan Evan Dimas sendiri (kapten timnas U-19) gagal mengambil tendangan penalti di pertandingan super penting setingkat final. Dan Indonesia selalu berteman dekat dengan hal-hal tidak mengenakkan seperti ini.

Indonesia (16) (Large)

Malam itu, mental masih menjadi pertanyaan besar untuk tim kita. Semoga malam-malam selanjutnya, tantangan ini menghilang. Untuk urusan penalti, kita beruntung. Terlepas dari permainan luar biasa yang disajikan secara spartan sepanjang waktu normal.

Senang rasanya memendam harapan besar untuk anak-anak ini. Yang paling penting, adalah betapa keberhasilan mereka mengubah jutaan wajah orang Indonesia; dari yang tegang luar biasa, nyaris berhenti berharap untuk kemudian menjadi luar biasa bahagia. Sepakbola menemukan fitrahnya di negara ini; akhirnya gelar juara kembali ke dalam pelukan.

Mungkin, ada banyak cemoohan ditujukan ke bangsa ini mengingat koleksi sejarah manis bernama kemenangan yang terlalu jarang mampir. Tapi, tidak apa. Toh, kenyataan selalu menyakitkan, bukan?

Anyway, selamat untuk kita semua. Selamat untuk sejarah yang berpihak sekali lagi ke tangan kita. Feeling saya sih, akan banyak cerita yang diukir oleh anak-anak ini di masa depan. Mari menantikan. Dan ya, silakan bangga menjadi bangsa juara. (pelukislangit)

Indonesia (4) (Large)

23 September 2013 – Kalibata
1 Oktober 2013 – Dharmawangsa

*) Untuk Indonesia yang kembali juara.

Advertisement

Published by Felix Dass

I'm searching for my future, my bright future.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: