Jet Airways

P1040080 (Large)

Setelah visa dan seluruh proses persiapan selesai. Tibalah waktu yang dinanti-nanti, saya akan memulai perjalanan ke India.

Atas restu yang di atas, perjalanan ini bisa dimulai pada hari ulang tahun saya yang ke dua puluh enam. Sedikit alasan romantisme sih ujungnya, sayangnya tidak begitu sempurna.

Seperti sudah disinggung di tulisan sebelumnya, karena alasan menghemat budget, saya memilih untuk terbang menuju Delhi dari Bangkok dengan menggunakan Jet Airways, maskapai swasta asal India.

Pilihan utamanya menggunakan Thai Airways, tapi harga tiket yang saya dapat beda sekitar US$ 75. Bolehlah, lumayan untuk menghemat. Akibatnya, saya harus menginap satu malam terlebih dulu di Bangkok.

Kalau dipikir, ongkos menginapnya juga tidak sampai semahal itu. Tidak perlu grasak-grusuk sampai India juga. Karena total perjalanan saya juga sudah cukup lama.

Di dalam perjalanan kali ini, saya akan mengunjungi tiga kota; Delhi, Kolkata, dan Shimla. Sebenarnya, ini bukan rute yang ideal. Cuma, percayalah, saya punya alasan cukup kuat untuk memilih tiga kota itu.

Lagipula, saya masih punya sedikitnya sepuluh kali perjalanan ke India. Jadi, santai-santai saja dijalaninya.

Perjalanan Jakarta-Bangkok dihabiskan selama tiga jam dua puluh menit menggunakan Air Asia. Sementara perjalanan Bangkok-Delhi membutuhkan waktu tiga jam empat puluh lima menit menggunakan Jet Airways.

Tadinya, saya pikir Jet Airways akan menggunakan pesawat besar untuk mengangkut penumpang ke tanah India. Toh, rutenya memang gemuk. Ternyata tidak.

P1040085 (Large)

Mereka hanya menganggarkan sebuah pesawat berkapasitas seratus tujuhpuluhan penumpang untuk trayek Bangkok-Delhi yang jalan setiap hari

Sejujurnya, saya sedikit kangen untuk bepergian dengan pesawat besar. Terakhir kali saya bepergian dengan pesawat besar itu rasanya tahun 2005. Selepas era itu, saya selalu bepergian dengan pesawat yang tidak besar.

Jet Airways tidak masuk kategori budget airlines. Di dalam pesawatnya, seluruh servis dilakukan dengan standar internasional. Termasuk menyediakan bergelas-gelas minuman keras.

Ada satu yang harus diperhatikan untuk bepergian menggunakan maskapai penerbangan asal India, yaitu kebiasaan orang India untuk minum minuman keras.

Kebiasaan ini bukan main menganggunya untuk mereka yang tidak biasa. Hobi mereka untuk minum memang luar biasa hebat. Harap dicatat, yang mereka minum adalah minuman dengan kategori liquour. Bir tidak populer.

Di perjalanan menuju Delhi, saya duduk di seberang tiga orang laki-laki paruh baya yang berbekalkan sebotol Jack Daniel’s dari toko bebas pajak Bandara Suvarnabhumi, Bangkok.

Hebatnya, botol itu bisa dihabiskan hanya dalam waktu tiga setengah jam. Itu juga belum ditambah dengan kuantitas minuman yang mereka minta dari pramugari/a.

Sudah barang tentu mereka mabuk berat. Tapi, contoh buruknya bukan itu saja.

Bunyi bel panggilang pramugari/a juga sering sekali berbunyi sepanjang perjalanan. Kebanyakan hanya minta minuman. Baik dari yang sekedar air putih maupun sampai minuman keras.

Wajah para pramugari/a di penerbangan itu kebanyakan kencang. Karena mereka harus bekerja ekstra terus menerus. Terbayang di kepala saya gimana kalau penerbangan panjang ya? Keras pasti hidup mereka.

Sepertinya ini berhubungan dengan karakter orang India yang keras. Jadi memang harus ditanggapi dengan keras juga.

Jet Airways ini adalah perusahaan penerbangan nomor dua paling besar di India. Nomor satunya sudah barang tentu Air India, perusahaan negara mereka di bidang penerbangan.

Terbang dengan Jet Airways kali ini juga membawa banyak kejutan ke dalam diri saya. Di awal pekan sebelum keberangkatan, saya dikejutkan dengan fakta bahwa sekitar empat ratus pilot Jet Airways mogok kerja.

Mereka merasa perlu untuk menyatakan solidaritas terhadap beberapa pilot senior yang dipecat oleh manajemen. Caranya? Mereka mengaku sakit pada saat yang bersamaan.

Hal ini memengaruhi seluruh penerbangan terjadwal mereka, baik yang dalam maupun yang luar negeri. Sudah barang tentu saya juga ikut-ikutan cemas.

Kisruh ini bahkan sampai memaksa Manmohan Singh, perdana menteri India, untuk turun tangan. Karena memang yang dikacaukan adalah puluhan ribu urusan orang lain.

Untung saja ketika saya berangkat tanggal 13 September 2009, pemogokan itu sudah selesai. Terbayang kalau misalnya tiket saya dibatalkan dan tiket saya dikembalikan. Sudah barang tentu saya akan pusing tujuh keliling bagaimana mencari penerbangan murah untuk menjangkau India.

P1040098 (Large)

Tidak pernah terbayangkan juga terdampar di Bangkok. Kota itu tidak begitu menarik untuk saya. Karakternya lebih mirip dengan Kuala Lumpur. Hanya saja, Bangkok lebih menyediakan kejutan ketimbang Kuala Lumpur yang memang kurang seru untuk saya.

Saya tidak bisa tidur dalam perjalanan ke Delhi dari Bangkok. Mungkin karena antusiasme di dalam kepala saya sudah terlalu besar untuk tiba di Delhi dan bertemu dengan nenek saya.

Kalau ditanya kesan dan pesan menggunakan Jet Airways, pasti saya akan bilang kalau maskapai penerbangan ini sesuai dengan harganya.

Terbang murah dengan fasilitas nomor satu? Ya sudah pasti sulit untuk ditemukan. Apa yang saya bayar, sesuailah dengan apa yang saya dapatkan. Yang penting tidak mengecewakanlah.

Tapi, untuk penerbangan murah ke sejumlah kota di Asia, Jet Airways adalah pilihan yang ada di peringkat atas.

Kalau tertarik dengan jasa mereka, silakan masuk ke www.jetairways.com. Awas, navigasi di situs itu cenderung lambat.

Advertisement

Published by Felix Dass

I'm searching for my future, my bright future.

One thought on “Jet Airways

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: