Beberapa teman pernah bertanya, “Kok bisa sih, Lix?”
Kok bisa untuk apa? Kok bisa untuk menemukan jalan ke suatu tempat dengan budget yang murah. Untuk hal ini, saya berhutang banyak pada grup band favorit saya, Bangkutaman.
Saya ingat suatu masa di era awal perkenalan saya dengan mereka. Waktu itu mereka masih berdomisili di Jogjakarta. Karena keterbatasan, mereka selalu berpindah dari kota itu ke Jakarta atau Bandung dengan menggunakan kereta kelas ekonomi. Motifnya sudah barang tentu budget.
Suatu kali, mereka pernah cerita bahwa mereka masuk ke Jakarta dengan uang Rp.7.500,00. Masuknya legal pula! Kalau tidak salah, cerita itu berlangsung sekitar tahun 2004 atau 2005.
Duit segitu bisa buat masuk Jakarta? Tidak masuk akal dong. Sudah begitu, legal lagi masuknya, pakai tiket resmi.
Gimana caranya? Orang-orang di band ini berangkat dengan kereta ekonomi tanpa tiket. Di atas perjalanan, mereka dua kali menyogok kondektur. Masing-masing Rp.2.500,00. Ketika sudah sampai Cikampek, mereka mengaku tidak punya duit dan dipaksa untuk turun di stasiun Cikampek.
Nah, setelah diturunkan, mereka naik KRL yang menuju Jakarta dan membeli tiket resmi seharga Rp.2.500,00. Jadilah mereka keluar Rp.7.500,00 dan resmi berhak keluar dari pintu stasiun.
Cerita ‘gila’ itu terus saya pegang sampai sekarang. Inspirasi itu benar-benar melekat dan sekarang giliran saya bagi ke orang lain.
Untuk permulaan, silakan cari harga normal tiket dari Jakarta menuju Delhi. Bisa menggunakan Malaysia Airlines (www.malaysiaairlines.com), Singapore Airlines (www.singaporeair.com), atau Thai Airways (www.thaiairways.com).
Pasti yang akan kamu temukan adalah tiket dengan harga berkisar dari US$800 – US$1000. Wow. Mahal ya kalau dipikir-pikir?
Secara geografis, Delhi memang membutuhkan waktu sekitar enam atau tujuh jam untuk dijangkau dari langit Jakarta.
Tapi, percayakah kamu kalau secara total, saya hanya memerlukan US$350 untuk menjangkau Delhi?
Haha. Pasti sulit dipercaya dong? Cara saya sangatlah mudah, siapapun bisa melakukan ini. Yang perlu diubah adalah pola pikirnya. Dibanding kerugiannya, tentu budget yang jauh di bawah 50% budget normal itu layak untuk diperjuangkan, bukan?
Pertama, saya mencari data, maskapai penerbangan apa saja yang mendarat di Indira Gandhi International. Dari situ, saya menulis daftar maskapai mana yang mungkin membawa saya untuk pergi ke kota itu.
Kedua, saya tahu persis bahwa kota penghubung di Asia Tenggara adalah Singapura, Kuala Lumpur, dan Bangkok. Penerbangan ke India akan lebih mudah ditemukan jika berangkat dari salah satu kota ini ketimbang langsung dari Jakarta.
Pesawat apapun yang akan menuju India pasti akan transit di salah satu kota ini. Malaysia Airlines akan berganti pesawat di KLIA, Singapore Airways akan transit di Changi, dan Thai Airways akan melakukan transfer penumpang di Suvarnabhumi.
Beruntungnya lagi, Jakarta dan ketiga kota yang saya sebut di atas terhubung oleh Air Asia (www.airasia.com), maskapai penerbangan favorit saya.
Ketiga, saya membuat komparasi harga, berapa harga normal kalau terbang dari ketiga kota ini. Dengan asumsi, saya akan terbang ke tiga kota ini menggunakan Air Asia.
Keempat, karena jasa Air Asia, saya mendapatkan tiket promo Jakarta-Bangkok seharga Rp.365.000,00 sudah termasuk bagasi. Saya akan menulis khusus di blog ini tentang bagaimana bersahabat dengan Om Air Asia. Jadi nantilah tentang Air Asia. Tetap pikir bahwa saya adalah orang yang sangat beruntung dulu. Nanti pas kamu membaca tentang Air Asia barulah kamu tahu bahwa saya sebenarnya tidak beruntung-beruntung amat.
Karena tiket itu, berarti saya sudah punya kepastian bahwa saya akan masuk ke India lewat Thailand. Lewat kota Bangkok. Jadi, sekarang permasalahan tinggal dipersempit, bagaimana menemukan pesawat ke Delhi dari Bangkok.
Otomatis, lupakan saja Malaysia Airlines dan Singapore Airways. Sekarang pilihannya kembali ke poin nomor satu, mencari data pesawat apa saja yang mendarat di Delhi dari Bangkok. Lebih mudah dong? Oh, itu poin nomor lima.
Dari data yang ditemukan, ada tiga pesawat yang terbang ke Delhi dari Bangkok; Indian Airlines, Thai Airways, dan Jet Airways.
Indian Airlines dan Thai Airways adalah home carrier masing-masing negara. Sementara Jet Airways adalah budget airlines yang dimiliki oleh perusahaan swasta asal India.
Ketika sudah sampai pada kemungkinan ini, ketiga maskapai ini menawarkan harga di sekitar US$500. Sudah hampir setengah harga sebenarnya dari budget awal yang mahal itu. Tapi saya menunggu.
Sampai tiga bulan menjelang tanggal keberangkatan, barulah perang sesungguhnya dimulai. Jet Airways keluar dengan harga US$313!
Ini tebak-tebakan saja. Tidak didukung oleh analisa valid. Hanya feeling saja, kebetulan sudah terbukti beberapa kali. Ketika menjelang tiga bulan dari tanggal penerbangan, si maskapai sudah punya proyeksi akan seperti apa sales generalnya di masa itu.
Dari proyeksi awal itu, mereka dengan mudah akan menentukan klasifikasi promo apa yang akan dilempar ke pasar.
Tidak percaya?
Tengok saja pada masa resesi kemarin. Singapore Airways memberikan banyak sekali tiket promo dengan harga yang ‘tidak mereka banget’ hanya dengan pemberitahuan singkat. Plus jumlah minimum dua orang yang terbang untuk merasakan tiket promo itu.
Emirates dan banyak lagi maskapai penerbangan ‘mapan’ melakukan itu ketika resesi datang.
Kalau kamu terbiasa mengkonsumsi promosi maskapai penerbangan model Air Asia, maka cara yang digunakan oleh maskapai-maskapai yang sudah lebih dulu established ini sangatlah berbeda.
Seringkali, prinsip beli tiket satu tahun di depan tidak berlaku untuk mereka. Karena mereka cenderung menawarkan jasa standar yang tidak ingin dibumbui banyak elemen resiko, baik untuk konsumen ataupun si penyedia jasa.
Tiga bulan adalah masa yang ideal sepertinya. Keep it on yer mind.
Begitulah cerita saya mendapatkan tiket dengan harga di bawah budget normal. Semua perhitungannya matematis kan? Bukan keajaiban yang membuat saya bisa mendapatkan tiket murah.
Naik pesawat itu tidak jauh beda dengan naik kereta kok. Kalau mau pergi ke Surabaya, keretanya kemungkinan besar mampir di Jogjakarta. Bisa juga turun di sana. Tapi kalau beli tiket kereta yang jurusan aslinya ke Jogjakarta, sudah pasti harganya lebih murah. Begitu juga kalau kehabisan tiket ke Jogjakarta, bisa saja membeli tiket dengan tujuan akhir Solo. Nanti sambung dengan bus atau naik kereta Prameks. Naik pesawat sama analoginya seperti itu.
Menentukan rute itu sederhana, kok! Yang penting, tahu ancer-ancernya.
Felix Dass
Rumah Cibinong
13 Agustus 2009
23.16
Tau ngak. Disini september kemaren lg promosi gila2an buat ke jepang oktober-november ini. Bolak2 cuma sekitar $500 doang dari melbourne pake jetstar. Cbt November ini aja deh. daripada nunggu ampe taun dpn.
Mas, bagaimana caranya mendapatkan data pesawat yang transit? kebetulan saya mau kebangkok tahun ini dengan mencari tiket2 murah