Setiap orang punya memori manis tentang masa remaja yang konon katanya merupakan masa paling indah di dalam perjalanan hidup seorang manusia. Kita bisa berjalan beriringan ke masa lalu dengan mentiriskan seluruh partikel ingatan tentang masa remaja. Bisa berjam-jam, bertahun-tahun menceritakan hal yang sama, atau bahkan sebuah lirikan manis ke tumpukan kardus usang yang belum disentuh bertahun-tahun di gedung rumah orang tua.
Itu yang terjadi pada saya hari ini. Saya menghabiskan hari Minggu di rumah ibu di Depok. Ketika bangun agak siang tadi, langsung ada ide untuk melihat ke gudang dan mengaduk sejumlah kardus sisa pindahan saya dari Bandung ke Jakarta tahun 2008 yang lalu. Motifnya mencari sejumlah buku lama yang kadang-kadang menarik untuk dibaca kembali.
Kebetulan si ibu baru saja mengubah tata letak gudang kami, jadi agak kaget menemukan kardus-kardus saya berpindah tempat. Kardus paling atas tulisannya “Gonzaga Stuff”. Menarik untuk dibongkar.
Saya adalah tipe orang yang suka menyimpan masa lalu. Sejumlah orang dekat, lumayan kenal dengan sifat ini. Di sekitar hidup saya, sampai hari ini, ada sejumlah perintilan tidak penting yang masih tersimpan. Itu membuat jumlah barang saya terlampau banyak. Tidak semuanya punya arti padahal, tapi ya perasaan untuk tetap menyimpan itu masih tinggal.
Di kardus yang mengindikasikan barang-barang dari masa SMA saya itu, tersimpan banyak dokumen yang sekarang kurang penting lagi. Paling banyak adalah catatan pelajaran jaman SMA dan era awal-awal kuliah di Bandung dulu. Lalu kejutan datang ketika saya membuka file catatan saya.
Salah satu pembatasnya adalah bertempelkan setlist Puppen ketika mereka memainkan salah satu pertunjukannya di Jakarta tahun 2000 yang lalu. Saya waktu itu duduk di kelas 2 SMA.
Kertas itu berusia 14 tahun. Diambil dari tahun-tahun terakhir Puppen berkarya. Yang menulis adalah Arian13. Bentuk tulisan yang sama masih bertahan di sejumlah setlist Seringai, bandnya saat ini.
Ketika menemukan setlist itu, saya langsung membayangkan Arian 13 dan Robin Malau, dua orang personil Puppen yang di kemudian hari menjadi teman baik saya. Keduanya, punya jasa penting di dalam pembentukan hidup saya lewat Puppen.
Saya mungkin hanya seorang dari ribuan yang terpengaruh oleh musik mereka di masa itu. Di dalam beberapa kesempatan, saya sering bilang bahwa Puppen mendefinisikan masa remaja saya. Untuk urusan cinta sama karya mereka, saya masih orang yang sama. Di kendaraan yang saya gunakan sehari-hari, saya masih menyimpan dua album Puppen dan sesekali memutarnya sembari berteriak kencang di perjalanan. Mayoritas liriknya masih nempel di kepala dan seolah sigap keluar tanpa diminta ketika musiknya bermain.
Guratan yang ditimbulkan begitu dalam sehingga saya memilih untuk tidak melupakannya. Musik mereka seperti teman baik yang sudah berhubungan sejak lama dan tidak ingin dibuang sepanjang perjalanan hidup.
Oh, untuk urusan profesional pun, saya pernah menulis ini:
http://www.thejakartapost.com/news/2011/02/06/puppen-lessons-a-pioneering-indie-band.html
Senang menemukan setlist itu. Saya langsung mengirim pesan ke Arian13 dan bilang sama dia kalau setlist itu harus ditandatangani olehnya dari Robin untuk kemudian dibingkai dan dipajang di dinding rumah. Puppen, tidak boleh pergi dari hidup saya. (pelukislangit)
Rumah Benhil, 29 Juni 2014
22.50
Ketika nonton debat cawapres jadi begitu membosankan.
Foto Puppen diambil oleh Satria NB pada saat farewell concert mereka di 2002.
Cheers, Felix!
Yang ini malah belum gue publikasikan. Harus dilegalisir dulu, baru kemudian dibingkai, Bin.